Reformasi Doi Moi Pemerintahan 'Merah' Vietnam
ERA.id - Reformasi Doi Moi pada tahun 1986 mengubah Vietnam dari negara komunis yang tertindih inflasi 700 persen menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Pada tahun 2020, Vietnam masih merupakan republik sosialis, namun, tidak sekolot empat dekade sebelumnya.
Dua perang, dengan Kamboja dan Amerika Serikat, telah mereduksi Vietnam menjadi serakan puing bangunan pada akhir dekade 1970an. Kondisi di sejumlah kota pun muram: gelap, tidak ada listrik. Tidak ada mobil yang melaju di jalanan. Di bawah kuasa Partai Komunis, warga diminta bekerja di persawahan secara kolektif dan dilarang memiliki tanah pribadi. Tidak ada bisnis swasta.
Penerapan prinsip komunisme secara taat ternyata tak bisa menghindarkan Vietnam dari krisis ekonomi. Inflasi melonjak hingga 700 persen. Embargo dari negara-negara liberal mengakibatkan Vietnam kesulitan berdagang. Ia terisolir dari dunia luar.
Akhirnya, pada tahun 1986, didorong oleh Badan Moneter Internasional (IMF), dicetuskanlah Reformasi Doi Moi. Reformasi yang digulirkan oleh Partai Komunis ini ingin menciptakan "ekonomi pasar berorientasi sosialis".
Warga Vietnam didorong menciptakan bisnis swasta. Sejak diberlakukannya Reformasi Doi Moi ini, sudah ada 30.000 bisnis swasta yang tercipta di Vietnam.
Partai Komunis juga menghapuskan sistem kerja kolektif. Meski tanah masih dimiliki bersama seluruh warga, pemerintah secara perlahan-lahan menerbitkan sertifikat tanah untuk 96,9 persen lahan di Vietnam.
Perlahan-lahan Vietnam mulai terbuka pada dunia luar, dan juga pada pasar bebas. Di tahun 2007, Vietnam yang dulunya terkucil lantas bergabung di World Trade Organization pada 2007. Negara ini bahkan menandatangani Pakta Trans-Pasifik pada tahun 2018.
Kini, Vietnam fokus pada sektor produksi barang ekspor dan pariwisata. Nilai total dari ekspor dan impor produk serta jasa di Vietnam setara dengan 187,5 persen PDB Vietnam. Kerangka investasi di negara komunis ini telah dimodernisasi untuk menyambut pemodal asing.
Uniknya, Vietnam saat ini menjadi negara komunis yang mayoritas warganya justru pro-kapitalisme. Menurut riset Pew tahun 2014, 95 persen warga Vietnam mendukung kapitalisme dan pasar bebas.
Riset yang sama juga menyebutkan bahwa 94 persen warga Vietnam meyakini bahwa generasi anak-anak Vietnam sekarang, akibat ekonomi yang liberal, akan lebih makmur daripada para orangtuanya.