Kepalan Tangan Kaum LGBT di Kerusuhan Stonewall, 1969
ERA.id - Langkah polisi 'menggeruduk' Stonewall Inn, sebuah klub LGBT di New York, pada 28 Juni 1969 berujung pada sebuah kerusuhan besar sepanjang 4 hari. Momen historis bagi perlindungan hak asasi kaum LGBT di Amerika Serikat.
Di dekade 1950-1960an perilaku homoseksual masih dianggap terlarang di 49 negara bagian Amerika Serikat. Baru negara bagian Illinois yang tidak mempidanakan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Di daerah-daerah yang melarang LGBT, kaum homoseksual bisa dipidana dengan sanksi denda yang tinggi atau bahkan hukuman penjara. Mereka juga sering menjadi korban kekerasan dan diskriminasi, selain juga sering dipermalukan di depan umum.
Stonewall Inn sendiri berada di kota New York City. Ia adalah satu dari sekian pub dan bar yang memperbolehkan bermacam warga AS dengan berbagai orientasi seksual untuk berkumpul.
Uniknya, Stonewall Inn dimiliki oleh keluarga mafia Genoa di New York. Tiap kali polisi hendak masuk ke Stonewall, kaki tangan mafia akan meminta polisi pergi. Namun, seperti diceritakan oleh History dalam "How the Stonewall Riots Sparked a Movement", para mafia ini mencari keuntungan dengan mematok harga minuman yang tidak masuk akal mahalnya. Mereka juga memeras pengunjung yang kaya, mengancam akan membeberkan orientasi seksual mereka ke keluarga dan kolega bisnisnya.
Namun, meski sudah disogok oleh kaum mafia, polisi masih sering'menggeruduk' Stonewall Inn dan bar LGBT lainnya. Orang-orang yang ada di situ lantas ditahan dengan tuduhan mempraktekkan hubungan homoseksual. Para transgender, yang memakai pakaian di luar norma seksual, juga ditangkap.
Perlakuan buruk yang dialami kelompok LGBT ini memuncak pada tanggal 28 Juni 1969. Di pagi hari, 9 polisi masuk ke Stonewall Inn dan mencoba menangkap para bartender dan pelanggan yang hadir. Kali ini para pengunjung menolak ditangkap. Di saat yang sama, ratusan kaum LGBT di luar Stonewall Inn telah berjaga dan mulai meluapkan kemarahan mereka terhadap para polisi. Kerusuhan terjadi. Para polisi yang ketakutan berhasil lari dari kepungan massa, lalu mengunci diri mereka di dalam Stonewall Inn.
Dan apa yang dilakukan massa yang berkumpul? Mereka membakar Stonewall Inn.
Untungnya, pasukan polisi lainnya segera datang, dan 9 polisi yang ada di Stonewall Inn bisa menyelamatkan diri dari gedung yang terbakar. Massa, yang telah bertambah jumlahnya menjadi ribuan orang, akhirnya berhasil diminta polisi untuk membubarkan diri.
Aksi protes kaum LGBT itu ternyata masih berlangsung keesokan harinya, hingga tanggal 1 Juli 1969. Gelombang protes ini dipimpin oleh aktivis dan pemain kabaret (drag queen), seperti Marsha P. Johnson hingga aktivis Sylvia Rivera.
Insiden kerusuhan Stonewall Inn pada akhirnya memicu gerakan advokasi terhadap hak-hak sipil kaum LGBT di Amerika Serikat. Organisasi seperti Gay Liberation Front, kelompok pertama yang mengakui orientasi seksual mereka, mulai sering melakukan aksi massa. Kelompok ini juga yang pertama kali mengadakan parade Gay Pride yang pertama, 28 Juni 1970, atau setahun setelah insiden Stonewall Inn.
Gerakan itu berlanjut terus hingga abad ke-21. Pada tanggal 24 Juni 2016, Presiden AS Barack Obama meresmikan gedung Stonewall Inn dan kawasan di tempat terjadinya kerusuhan sebagai Stonewall National Monument. Tempat itu pun menjadi monumen nasional pertama yang merayakan sejarah kaum LGBT di Amerika Serikat.