DPR Minta Jajanan Sekolah Diawasi Ketat untuk Jamin Gizi Murid

ERA.id - Saat kita masih duduk di bangku sekolah, jam istirahat adalah momen yang paling ditunggu. Berbekal uang saku --terkadang seadanya-- kita akan lari ke luar membeli jajanan yang kala itu rasanya sangat enak. Pertanyaannya, apakah jajanan itu aman dan sehat?

Produk jajanan anak-anak di sekolah memang sudah seharusnya perlu mendapat pengawasan ketat. Kalau tidak sehat atau malah bikin sakit, tentu berdampak pada tumbuh kembang dan kecerdasan anak-anak. Perlu sosialisasi ke sekolah-sekolah oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

 "Peran BPOM sangat penting. Makanan jajanan anak-anak banyak yang mengkhawatirkan. Penjual perlu disosialisasi terkait makanan-makanan yang dijual," kata Wakil Ketua Komisi IX DPR, Sri Rahayu, saat memimpin pertemuan Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi IX DPR RI dengan otoritas Balai Besar POM Semarang, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/10/2020).

Kata Rahayu, usia pertumbuhan anak-anak sekolah sangat membutuhkan asupan gizi yang baik. Tidak boleh terjadi ada kasus anak kekurangan gizi (stunting) di masa depan. 

ia menyerukan agar BPOM mengawasi betul jajanan anak-anak sekolah agar tumbuh kembangnya tidak terganggu. Kalau semua gizi terjamin, tentu akan berdampak baik pada pertumbuhan anak-anak.

"Usia anak-anak memerlukan pertumbuhan dengan asupan gizi yang betul. Kalau makanan yang dijual di lingkungan sekolah sudah memenuhi standar kesehatan, tentu berdampak pada pertumbuhan anak-anak pula," kata politisi PDI-Perjuangan ini. Pada bagian lain, Rahayu juga mengangkat soal obat diet yang beredar dan dikonsumsi para wanita.

Obat-obatan atau suplemen diet perlu mendapat perhatian serius. Pasalnya, lanjut legislator dapil Jawa Timur VI ini, bila tak mendapat pengawasan yang memadai dari BPOM, akan merusak organ reproduksi wanita. Kini, banyak kasus anemia menyerang para wanita karena mengonsumsi obat diet yang berbahaya.

"Obat-obatan yang dipakai untuk diet perlu mendapat perhatian serius, karena berpotensi merusak organ reproduksi. Apalagi perempuan akan memproduksi anak dan ASI-nya pun akan berdampak pada stunting kalau dibiarkan terus tidak terawasi. BPOM harus mengawasi obat-obatan suplemen ini," harap Rahayu.