5 Bukti Kegunaan Masker Selama Pandemi COVID-19

ERA.id - Masker telah diakui berbagai organisasi, mulai dari Kementerian Kesehatan hingga Badan Kesehatan Dunia (WHO), mampu memutus mata rantai infeksi COVID-19. Namun, tak sedikit pula masyarakat yang menyangsikan perlunya pakai masker penutup wajah ketika pandemi korona telah merenggut 1.077.327 nyawa manusia, seperti dihitung oleh Universitas Johns Hopkins pada Senin (12/10/2020).

Perhitungan jumlah kasus COVID-19 menurut Johns Hopkins University pada Senin (12/10/2020).

Tak bisa dipungkiri bahwa sangsinya sejumlah orang terhadap anjuran memakai masker korona disebabkan minimnya informasi terkait. Oleh karena itu, Era.id telah mencoba mengumpulkan sejumlah fakta mengenai kegunaan masker di tengah pandemi COVID-19.

1. Riset Droplet Menggunakan Sinar Laser

Sudah kerap disampaikan bahwa virus SARS-CoV-2 bisa menyebar melalui droplet atau percikan air liur. Tidak hanya saat bersin atau batuk seorang pasien COVID-19 bahkan bisa menyebarkan virus korona ketika berbicara.

Awalnya hal ini sulit dibuktikan hingga sebuah tim riset kedokteran dari National Institutes of Health (NIH) di Amerika Serikat menggunakan sinar laser untuk melacak 'droplet' yang ukurannya mencapai satuan mikrometer. Dalam hasil riset yang dirilis di The New England Journal of Medicine pada 21 Mei 2020 lalu, para peneliti menemukan adanya droplet berukuran 20 hingga 500 mikrometer ketika seseorang mengucapkan satu kata pendek.

Droplet berukuran besar akan segera jatuh ke permukaan bidang terdekat, sementara droplet kecil akan melayang di udara. Jika mengandung virus korona, droplet kecil ini lah yang bisa menularkan COVID-19 ke area-area yang lebih jauh.

Masker penutup wajah berguna untuk menahan laju droplet semacam itu. Dia mencegah tersebarnya droplet berukuran kecil yang mungkin mengandung virus korona.

2. Data Epidemiologi Berbicara Banyak

Para peneliti kedokteran mengakui bahwa data dampak penggunaan masker di lapangan akan berbicara lebih banyak daripada sekadar data di laboratorium. Dalam hal ini pun, sisi positif kegunaan masker terlihat nyata.

Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat, yang dirilis dalam jurnal Healthy Affairs, pertambahan jumlah kasus COVID-19 harian di 15 negara bagian melambat setelah warganya diwajibkan menggunakan masker.

Selain itu, sebuah penelitian menemukan bahwa, di antara 198 negara di dunia, negara-negara yang menerapkan kewajiban memakai masker memiliki tingkat kematian akibat COVID-19 lebih rendah.

3. Pasien Tanpa Gejala di Wuhan di Awal Pandemi

Masker digunakan sebagai langkah preventif atas persebaran COVID-19, terutama terhadap infeksi dari seorang pasien korona yang tak bergejala. Keberadaan pasien tanpa gejala ini sendiri tidak boleh diremehkan karena kejadian serupa terjadi juga di Wuhan, China, ketika COVID-19 belum bergulir menjadi pandemi.

Seperti dipaparkan dalam sebuah laporan para dokter di China pada 21 Februari 2020, terdapat satu pasien (dinamai 'Pasien 1'), seorang wanita berumur 20 tahun, yang tinggal di Wuhan dan terinfeksi COVID-19 tanpa menunjukkan gejala demam, batuk, maupun gejala pernafasan. Ia pada tanggal 10 Januari berkunjung ke keluarganya. Ia lalu juga mengunjungi tiga saudara lainnya. Sayangnya, seluruh saudara yang dikunjungi Pasien 1 lantas jatuh sakit, dan positif terinfeksi COVID-19.

Hingga 11 Februari, Pasien 1 masih tidak menunjukkan gejala apapun. Ia menjalani tiga kali tes COVID-19 PCR, dan satu tes pada 28 Januari menunjukkan ia positif terinfeksi korona.

4. Lindungi Sekitar, Proteksi Diri

Dampak positif penggunaan masker terjadi dalam dua arah, dari diri sendiri dan dari orang lain.

"Saya rasa ada banyak bukti yang mengatakan bahwa keuntungan paling besar didapatkan dari pasien COVID-19 yang memakai masker agar tidak menularkan penyakit ke orang lain," kata Peter Chin-Hong, seorang dokter spesialis penyakit menular dari UC San Francisco.

"Namun, Anda akan tetap diuntungkan bila memakai masker, bahkan jika Anda tidak terinfeksi COVID-19," kata dia.

5. Masker Tidak Membuat Anda Keracunan CO2

Pernyataan bahwa terlalu sering memakai masker akan mengakibatkan keracunan karbon dioksida (CO2) adalah hoax. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di situs resminya.

>

WHO juga menambahkan bahwa seseorang diperbolehkan untuk tidak memakai masker ketika berolahraga. Namun, di kondisi seperti itu disarankan untuk lebih memilih area luar ruangan (outdoor) di mana sirkulasi udara lebih baik dan seseorang bisa menjaga jarak satu sama lain.