Menghitung Kekuatan Jokowi
Dukungan PDIP membuat posisi Joko Widodo makin kuat. Dengan PDIP, Jokowi punya dukungan 52 persen kursi di parlemen dan 53,21 persen suara nasional. Itu dihitung dari total partai pendukung Jokowi merujuk pada hasil di Pemilu 2014 lalu. Ada Golkar, Hanura, PPP, Nasdem dan PDIP.
Komposisinya adalah, PDIP punya nilai paling besar, yaitu 19,95 persen suara nasional, dan 109 kursi atau 19,5 persen suara di parlemen. Kemudian, Golkar dengan 14,75 persen suara nasional, dan 91 kursi atau 16,3 persen suara di parlemen. Lalu PPP dengan 6,53 persen suara nasional, dan 39 kursi atau 7 persen suara di parlemen. Ditambah, Nasdem yang punya 6,72 persen suara nasional dan 35 kursi atau 6,3 persen suara di parlemen. Serta, Partai Hanura yang mendapat 5,26 persen, dan 16 kursi atau 2,9 persen.
Kekuatan ini bisa melumat duo PKS dan Gerindra yang cuma punya total 18,6 persen suara nasional, dan 113 kursi di parlemen atau 20,1 persen. Meski modal mereka di parlemen dianggap pas dengan ambang batas parlemen untuk mengusung calon sendiri.
Duo ini diprediksi bakal mengusung Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Itu ditebak dari komentar kader Partai Gerindra yang selalu berkoar-koar bakal mengusung Prabowo. Tapi Prabowonya belum memberikan respons yang pasti.
Namun, kubu Jokowi tidak hanya berhadapan dengan duo PKS dan Gerindra. Ada tiga partai lain yang belum memilih tambatan hati. Ada PAN, PKB dan Demokrat. Meski PAN dan PKB adalah partai pemerintah pada periode ini, belum tentu juga dua partai tadi mendukung Jokowi lagi di Pemilu 2019. Tapi dalam berbagai kesempatan, arah angin sepertinya bakal kembali ke Jokowi.
Koalisi ini bisa jadi poros baru, jika memang serius. Ketiga partai itu punya modal yang cukup buat mendaftarkan calon presiden untuk Pemilu 2019. Total, koalisi ini punya modal sebesar 28,1 persen suara nasional dan 156 kursi atau 28,1 persen suara di parlemen.
Tiga partai yang terakhir tadi rupanya punya jagoan masing-masing. PAN ada Zulkifli Hasan, PKB punya Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Partai Demokrat memiliki Agus Harimurti Yudhoyono. Cak Imin dan Zulkifli punya kesamaan, sama-sama ingin jadi cawapres.
(Infografis: Rahmad/era.id)
Pengamat politik sekaligus Guru Besar Fisip Universitas Airlangga, Kacung Marijan mengatakan, dengan peta politik seperti ini, posisi Jokowi makin mantab. Elektabilitasnya diprediksi akan meningkat setelah mendapat dukungan dari PDIP.
"PDIP dan Jokowi saling menguntungkan. PDIP semakin memperkokoh Jokowi. Sementara mendukung Jokowi, suara PDIP terkonsolidasi," kata Airlangga dihubungi era.id, Minggu (25/2/2018).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun senang dengan dukungan ini. Dia pun berterima kasih dengan dukungan yang diberikan PDIP kepadanya ini. Bahkan, saat jumpa pers kala itu, senyum Jokowi selalu merekah.
"Secara pribadi saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan," kata Jokowi di Bali, Jumat (23/2) silam.
(Senyum Jokowi. Foto: Istimewa)