Viral, Truk Masuk Pulau Rinca Ganggu Komodo, Begini Penjelasan Dirjen KSDAE Wiratno

ERA.id - Hati masyarakat Indonesia boleh dibilang hancur, pascamelihat foto yang beredar di media sosial terkait keadaan di Pulau Rinca, Nusa Tengga Timur (NTT).

Ya, baru-baru ini akun Twitter @KawanBaikKomodo mengunggah foto pembangunan Jurassic Park Pulau Rinca sembari menyesalkan keberadaan proyek tersebut.

Dari foto yang beredar terlihat seekor Komodo sedang menghadang truk proyek di kawasan habitat mereka tinggal. Di mana kawasan tersebut memang masuk dalam program pembangunan wisata super prioritas oleh pemerintah, nantinya akan menjadi salah satu destinasi wisata super premium.

Unggahan tersebut mendapat respons serupa dari netizen lain di Twitter. Bahkan tagar Jurassic Park dan Save Komodo sempat menduduki puncak trending pada Minggu, 25 Oktober 2020.

“Sedih banget. Komodo tu ada org dateng aja merasa terganggu dan bisa gigit ngebunuh musuh, dan skrng harus berhadapan dengan para mobil2 proyek ini!!Yg lbh kasian sbnernya warga sekitar harus diusir dr tmpt tinggal mereka yg udh puluhan tahun demi proyek ini dan warga kalah sm negara,” tulis akun twitter @dewimaulati.

Atas reaksi kekecewaan netizen, Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Ir. Wiratno, memberikan penjelasan lewat keterangan resmi yang diterima Era.id.

Sehubungan dengan viralnya berita yang memuat foto komodo berhadapan dengan truk pengangkut material di Lembah Loh Buaya, Pulau Rinca dapat dijelaskan bahwa, kegiatan aktivitas pengangkutan material pembangunan yang menggunakan alat berat dilakukan karena tidak dimungkinkan menggunakan tenaga manusia.

"Penggunaan alat-alat berat seperti truk, ekskavator dan lain-lain, telah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian. Sarana yang sedang dibangun ini hampir berada di atas areal terbangun sebelumnya seperti  bangunan perkantoran balai taman nasional," papar Ir. Wiratno.

Setiap dilakukan aktivitas pembangunan, ranger TN Komodo yang berbertugas di Lembah Loh Buaya akan melakukan pemeriksaan keberadaan komodo termasuk di kolong-kolong bangunan, bekas bangunan dan dikolong truk pengangkut material.

"Sampai dengan saat ini telah diselesaikan tahapan pembangunan sebesar 30% yang rencana akan selesai pada juni 2021 baik sarana dan prasarana di Pulau Rinca maupun pembangunan  di dermaga baru. Apabila diperlukan kunjungan di Loh Buaya akan ditutup sampai pembangunan sarana dan prasarana tersebut selesai dilakukan," sambungnya.

Pada saat pandemi pengunjung di Pulau Rinca ±150 orang perbulan atau 10 –15 orang per hari. Dalam pembangunan sarana dan prasarana telah dilaksanakan protokol untuk mencegah dampak negatif dari pembangunan sarana dan prasarana tersebut terhadap satwa komodo yang diawasi oleh 5 – 10 ranger. 

Aktivitas pembangunan pariwisata selama ini, sedikit mempengaruhi perilaku komodo antara lain komodo lebih berani dan menghindari manusia, tetapi tidak mempengaruhi tingkat survivalnya/tingkat kebertahanan hidup (ardiantiono et al 2018). Hal ini dapat dibuktikan dengan trend populasi yang tetap stabil di lokasi wisata Loh Buaya tersebut. Artinya, apabila di kontrol dengan baik dan meminimalisasi kontak satwa, maka aktivitas wisata pada kondisi saat ini dinilai tidak membahayakan populasi komodo areal wisata tersebut.  

"Jumlah komodo yang sering berkeliaran di sekitar area pembangunan sarana dan prasarana di Loh Buaya diperkirakan kurang dari ±15 ekor dan komodo tersebut setiap pagi memiliki perilaku berjemur," paparnya lebih lanjut.

Pulau Rinca memiliki luasan sebesar 200 km2 (20.000 Ha) sedangkan luasan Lembah Loh Buaya adalah 5 km2 (500 Ha/2,5% dari luas Pulau Rinca). Estimasi populasi komodo di Pulau Rinca tahun 2019 diperkirakan 1300 ekor, sedangkan populasi komodo di Lembah Loh Buaya adalah 5% dari populasi di Pulau Rinca atau sekitar 66 ekor. Populasi komodo di Lembah Loh Buaya selama 17 tahun terakhir relatif stabil dengan kecenderungan sedikit peningkatan di 5 tahun terakhir.