Kenali Sejarah Operasi Zebra, dari Tanggal Mulai Hingga Akhirnya!
ERA.id - Sebentar lagi, di jalanan, kita akan menemui banyak aparat, yang mungkin saja memeriksa alat kelengkapan berkendara kita. Sesuai momen, sekarang sudah masuk waktu Operasi Zebra.
Hampir sama dengan operasi biasa, tujuan Operasi Zebra tidak jauh beda dengan yang pertama kali muncul pada 1978 di Irian Jaya (kini Papua). Gagasan Operasi Zebra berasal dari Brigadir Jenderal Soedarmadji, Kepala Daerah Polisi Irian Jaya.
Saat itu, Soedarmadji melihat banyak pengendara bermotor di Irian Jaya sering mengabaikan peraturan dan rambu lalu-lintas. “Jumlah kendaraan pada waktu itu tercatat kurang lebih 20.000 buah, paling banyak sepeda motor,” tulis Redaksi Suara Pembaruan dalam Rekaman Peristiwa ’85, dikutip dari Historia.
Jumlah kendaraan ini tidak banyak untuk wilayah seluas Irian Jaya. Tetapi angka pelanggaran lalu-lintas dan kecelakaan sangat tinggi.
Soedarmadji memikirkan cara bagaimana menumbuhkan kesadaran taat dan tertib dari para pengendara. Menurut Soedarmadji, taat dan tertib berguna untuk mengurangi angka kecelakaan. Soedarmadji akhirnya mengusulkan operasi penertiban perilaku berkendara dengan sandi ‘Zebra’.
Menurut Kompas, 31 Agustus 1986, kata ‘Zebra’ berasal dari penyeberangan jalan orang di jalan raya atau zebra-cross. Tempat ini sering dilanggar oleh pengendara bermotor.
Karena itu, Soedarmadji menamakan operasinya dengan sandi ‘Zebra’. Operasi ini menekankan pada penindakan tanpa pandang bulu terhadap para pelanggar lalu-lintas sekecil apapun.
Operasi Zebra hari ini
Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Pol Istiono mengatakan bahwa Operasi Zebra pengamanan libur panjang Maulid Nabi lebih mengedepankan upaya persuasif dan humanis untuk membangun kesadaran masyarakat supaya mematuhi protokol kesehatan.
"Operasi Zebra ini sifatnya simpatik, persuasif dan humanis. Lebih mengedepankan tindakan-tindakan yang membangun kesadaran masyarakat supaya patuh terhadap protokol COVID-19," kata Irjen Istiono dalam acara Apel Pelepasan Pamatwil Korlantas Polri Dalam Rangka Pengamanan Libur Panjang di Jakarta, Senin (26/10/2020).
Hal itu menindaklanjuti pesan Presiden Joko Widodo yang meminta telah mewanti-wanti agar liburan panjang ini tidak menjadi masalah baru penyebaran COVID-19.
Untuk itu para petugas Operasi Zebra akan mengingatkan kepada para pengguna jalan dan penumpang agar senantiasa menaati protokol kesehatan di jalan.
"Untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 pada pengguna jalan, pengguna kendaraan pribadi, kendaraan umum maupun penumpang kapal ini harus kami warning, wanti-wanti dari awal mereka harus disiplin patuh terhadap protokol COVID-19, jangan sampai liburan panjang ini menjadi masalah baru tentang penyebaran COVID-19. Kami kerja keras untuk mengingatkan pada pengguna jalan bahwa keselamatan adalah nomor satu buat rakyat. Oleh karena itu petugas mengingatkan pengguna jalan, penumpang agar selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan," kata mantan Kapolda Babel ini.
Operasi Zebra 2020 dimulai sejak Senin 26 Oktober hingga Ahad 8 November 2020. Dalam operasi ini, pihaknya bekerja sama dengan stakeholder (pemangku kepantingan) terkait seperti Kementerian Perhubungan, Jasa Raharja agar pengamanan arus lalu lintas libur panjang berjalan aman dan lancar.
Untuk mengantisipasi lonjakan arus kendaraan pada libur panjang ini, sejumlah antisipasi telah diskenariokan seperti sistem satu arah, pengaturan lawan arus, pengaturan buka tutup rest area, pengaturan gerbang tol dengan menambah petugas dan pengaturan di kapal penyeberangan.
Pada Operasi Zebra ini, Korlantas Polri mengerahkan 160.916 personel gabungan untuk mengamankan libur panjang Maulid Nabi dengan rincian 94.170 personel Polri, 24.448 personel TNI dan unsur terkait 42.298 personel.
Selain itu, terdapat 645 pos keamanan dan pos terpadu yang disiapkan. Pos-pos tersebut difokuskan di jalur tol, rest area, jalur arteri, lokasi wisata, dan jalur alternatif ataupun tempat penyeberangan ASDP.