5 Film Korea Selatan yang Diangkat dari Kisah Nyata
ERA.id - Sinema Korea Selatan bukan hanya mampu melahirkan produk film dengan cerita berbau romansa percintaan, pernikahan, kehancuran, maupun zombie seperti yang lagi ngetrend saat ini. Sejumlah sineas film nyatanya mampu melahirkan karya berdasarkan kisah nyata kehidupan seseorang.
Berikut ini daftar film Korea Selatan yang diangkat dari kisah nyata dan menjadi sumber inspirasi banyak orang.
1. My Father
Film pertama yang bisa membuat penontonnya campur aduk ini ialah My Father, yang diambil dari kisah nyata Aaron Bates. Bates merupakan seorang anak Korea Selatan yang diadopsi oleh keluarga Amerika Serikat saat usianya lima tahun.
Tumbuh menjadi orang dewasa yang bahagia dan sukses, Bates memutuskan untuk masuk ke militer AS, yang mengambil tugas di Korea Selatan. Selama bertugas ia penasaran tentang siapa orang tua kandungnya yang sebenarnya.
Bates pun tampil di berbagai progam televisi dan melakukan banyak wawancara sebagai anak adopsi dan siap kembali ke Amerika Serikat.
Rupanya sebelum kembali ke AS, seorang pria bernama Sung Nak Joo mengklaim ia sebagai Ayah kandung Bates dan ingin bertemu. Pertemuan keduanya pun menghebohkan Korea Selatan saat itu kala Sung ternyata dihukum seumur hidup atau hukuman mati.
Otoritas penjara saat itu memberlakukan pertemuan tahanan dengan keluarga melalui sekat kaca, tapi khusus Sung dan Bates, aturan itu dilanggar. Keduanya bisa bertemu di ruang tamu dan menghabiskan waktu bersama.
Usai dipertemukan dengan Ayahnya, Bates meminta militer AS untuk menugaskannya kembali ke Korea Selatan agar ia bisa terus mengunjungi Ayahnya di penjara.
Tetapi Bates penasaran dengan kebenaran itu. Ia pun memutuskan untuk tes DNA dengan hasil yang mengecewakan. Sung bukan ayah kandung Bates. Terlepas dari kebenaran itu Bates tetap menerima Sung sebagai Ayah kandungnya.
2. Maraton
Satu kisah dari penyandang autisme di muat ke dalam film oleh Jung Yoon Chul dan membuka banyak mata tentang pentingnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang autisme saat itu. Film ini tahun 2005 dan berhasil menyita perhatian 5 juta penonton.
Bae Hyung Jin, seorang pelari maraton autisme menjadi sumber inspirasi Jung dalam pembuatan film. Ia berhasil menyelesaikan lomba maraton tahun 2001 dalam waktu kurang dari tiga jam.
Tahun berikutnya ia berhasil menjadi orang Korea termuda yang menyelesaikan triathlon. Kemenangannya pun membawa kebahagiaan bagi dirinya dan juga Ibunya.
Dari cerita Bae ini, Ibunya berharap banyak orang yang lebih paham dan mengerti penyandang autisme di luar sana. Apalagi anaknya pernah melakukan kesalahan dan diteriaki dengan sangat kasar.
Lewat film ini Ibunya mengaku Bae bisa berteman dengan banyak orang dan terbuka dengan orang-orang baru di sekitarnya.
3. Hope
Sesuai dengan judulnya, Hope merupakan film harapan dari sebuah keluarga yang anaknya menjadi korban penculikan sekaligus korban kejahatan seksual.
Kejadian ini terjadi tahun 2008 yang meninpa gadis berusia 8 tahun, Nayoung (nama samaran) yang diculik oleh Cho Doo Soon (57 tahun) saat berada di perjalanan ke sekolah. Nayoung dipukul dan diperkosa di toilet umum oleh Cho dan menyebabkan anak 8 tahun itu mengalami cidera dan cacat permanen yang parah.
Untungnya Nayoung berhasil selamat dan tumbuh menjadi gadis dewasa yang tampil ceria. Dari kejadian itu, Cho dijatuhi hukuman 12 tahun penjara, dan akan dibebaskan pada Desember tahun ini.
Pihak kepolisian kabarnya akan memantau pergerakan Cho, terlebih jarak rumah korban dengan pelaku hanya 1km saja.
Hope menyadarkan Lee Joon Ik untuk membuat para korban kekerasan seksual berani berbicara dan melaporkan kejadian yang menimpa tiap korban kejahatan seksual.
4. The Attorney
Salah satu film yang berani “menguliti” pemerintah Korea Selatan adalah The Attorney. Film ini menyoroti mantan presiden Korea Selatan, Roh Moo Hyun yang terlibat dengan kasus besar, Burim.
Saat itu Korsel dipimpin oleh pemerintah otoriter, Chun Doo Hwan yang menangkap 22 aktivis demokrasi tahun 1981. Para aktivis itu dituduh sebagai simpatisan Korea Utara dan ditahan 63 hari tanpa pengadilan.
Roh Moo Hyun yang saat itu sebagai pengacara pun membentuk tim khusus untuk membebaskan para aktivis tak bersalah itu. Sayangnya 19 aktivis dihukum karena melanggar Undang-Undang Keamanan Nasional, kemudian menjalani hukuman penjara.
- https://era.id/lifestyle/41701/ayah-ustaz-lelah-nasihati-gaya-pakaian-dinar-candy-sudah-bosan-dan-angkat-tangan
- https://era.id/lifestyle/41711/pamer-nikah-ketiga-kalinya-aldi-taher-sindir-luna-maya-ariel-noah-hingga-atta-halilintar
- https://era.id/lifestyle/41567/bikin-kaya-mendadak-berikut-tanaman-hias-termahal-di-dunia-yang-harus-anda-punya
[/see_also]
Tahun 2014 atau tepatnya 33 tahun setelah kejadian, lima dari 19 terdakwa kembali melakukan sidang ulang dan dibebaskan karena hakim menilai pengakuan dari mereka dilakukan secara terpaksa dan dibawah tekanan.
5. Voice of a Murderer
Kejadian nyata tentang penculikan, pembunuhan, dan pemerasan terjadi tahun 1991 yang menimpa Lee Hyung Ho berusia 9 tahun. Ia diculik selama 44 hari dengan meminta tebusan sebesar 70 juta won atau setara Rp910 juta.
Selama penculikan berlangsung pihak kepolisian mencatat 50 nomor panggilan berbeda yang meminta tebusan ke keluarga Lee. Dari rekaman suara panggilan, diduga penculi merupakan seorang pria berusia 30-an.
Aksi pembunuhan dan penculikan ini pun berakhir dengan ditemukannya jasad Lee di sebuah parit depan rumahnya di Apgujeong. Hasil otopsi pun menunjukan Lee dibunuh usai diculik oleh pelaku yang sampai saat ini belum tertangkap.
Kasus ini terpaksa ditutup tahun 2006 sesuai dengan aturan Korea Selatan yang mana kasus yang lebih dari 15 tahun harus di tutup.
Sutradara Voice of a Murderer ini disutradarai oleh Park Jin Pyo, yang berharap pelaku kejahatan menyaksikan film ini dan menyerahkan dirinya ke kepolisian.