SBY Kecam Sejumlah Aksi Kekerasan di Prancis

ERA.id - Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ikut mengecam sejumlah aksi kekerasan di beberapa kota di Prancis. Dia menegaskan, aksi terorisme dalam bentuk apa pun tidak bisa dibenarkan.

"Saya juga mengecam aksi-aksi teror dan kekerasan lainnya yang terjadi di Prancis sehubungan dengan kemelut karikatur Nabi Muhammad itu. Atas nama apa pun, tindakan terorisme tak bisa dibenarkan," ujar SBY melalui keterangan tertulis, Senin (2/11/2020).

Diketahui, sejumlah aksi kekerasan terjadi di Perancis, mulai dari pembunuhan guru di Paris, penusukan di Gereja Basilika Notre Dame di Kota Nice, dan penembakan seorang pendeta Gereja Ortodoks Yunani di Lyon. Diduga, serangan-serangan tersebut dipicu pembuatan karikatur Nabi Muhammad di Perancis.

SBY meyakini, semua pemimpin negara di dunia pastilah mengecam aksi kekerasan tersebut. Bahkan juga datang dari negara-negara Islam.

"Saya amati pula, ternyata tidak ada yang membenarkan kekerasan dan aksi-aksi terorisme itu, apa pun alasannya. Kecaman juga datang dari para pemimpin negara Islam. Bukan hanya dari para pemimpin negara Barat," kata SBY.

Terkait keamanan dalam negeri pimpinan Presiden Emmanuel Marcon, SBY berharap Prancis dibebaskan dari berbagai aksi teror dan kekerasan yang kerap terjadi.

"Terorisme adalah 'extra ordinary crimes', dan sejatinya tak mengenal agama. Radikalisme juga ada di identitas manapun, agama apapun," katanya.

SBY juga berpesan kepada masyarakat Indonesia menjadikan insiden yang terjadi di Perancis sebagai pelajaran. Sebagai bangsa yang memiliki latar belakang suku dan agama berbeda-beda, SBY bilang, masyarakat Indonesia harus senantiasa menjaga persatuan, kerukunan dan persaudaraan.

"Identitas bukanlah untuk memisahkan kita. Keragaman identitas adalah anugerah Tuhan, yang harus kita syukuri untuk menjadikan bangsa kita besar dan kuat. Karenanya, jangan sekali-kali menjadikan identitas sebagai komoditas politik. Itu sangat berbahaya. Jangan sampai kita menjadi bangsa yang terbelah (divided nation)," pungkasnya.