Libur Panjang Jadi Berkah untuk Pariwisata di Sulawesi Selatan
ERA.id - Libur panjang yang secara resmi ditentukan oleh pemerintah sejak 28 Oktober hingga 1 November dengan adanya tanggal merah dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kembali mengukir senyum di wajah pelaku wisata di Sulawesi Selatan.
Betapa tidak, sejak pandemi COVID-19 menyebar di Indonesia termasuk Sulawesi Selatan yang sebelumnya dikategorikan sebagai zona merah, berbagai destinasi wisata harus ditutup dalam rangka upaya pencegahan virus corona di masyarakat.
Hal ini mengakibatkan pelaku wisata dan seluruh warga yang berkaitan dengan pengoperasian destinasi wisata, harus menelan pil pahit untuk menutup usahanya, dan pendapatan maupun mata pencahariannya ikut tergerus.
Tetapi dengan libur panjang yang baru-baru ini berlangsung, seolah menjadi stimulus bagi pelaku usaha khususnya pada bidang pariwisata untuk menghidupkan kembali usahanya.
Hal itu sangat dirasakan pelaku wisata di kawasan wisata Karst Rammang-rammang Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. "Alhamdulillah banyak sekali pengunjung selama hari libur, bahkan ada yang muat sampai dua kali sehari," kata Daeng Baso selaku pengemudi perahu untuk mengelilingi destinasi wisata Rammang-rammang di Maros, Senin (2/11/2020) lalu.
Ia bersama juru mudi perahu lainnya mengaku sangat terbantu selama masa liburan, sebab pengunjung sangat turun drastis sejak pandemi COVID-19 mulai menyebar, bahkan seringkali tidak memiliki muatan selama masa tatanan hidup baru.
Wisata Karst Rammang-rammang juga sebelumnya pernah ditutup akibat COVID-19 sejak pertengahan Februari hingga Mei tahun ini, namun setelah kembali dioperasikan, pengunjung pun tidak tampak menggembirakan. "Kadang kita cuma muat dua kali dalam sepekan, bahkan kadang-kadang tidak ada sama sekali," katanya.
Wisata Karst Rammang-rammang menawarkan panorama alam yang sangat indah, dikelilingi batu karst yang digadang-gadang menjadi yang terbesar dan terbaik di Indonesia dan masuk pada urutan kedua terbaik di dunia setelah China.
Butuh waktu sekitar 15 menit menggunakan perahu untuk bisa mencapai ke pusat wisatanya yang disebut Kampung Berua, dihuni sebanyak 18 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sekitar 60 orang.
Armada perahu inilah yang dimanfaatkan warga setempat sebagai media transportasi sekaligus ladang untuk mengais rezeki. Dari dua dermaga di kawasan ini, terdapat 150 perahu yang menawarkan jasa untuk mengarungi danau rammang-rammang sebelum memasuki Kampung Berua.
"Alhamdulillah ada libur panjang dan pengunjung sudah mulai berdatangan, apalagi sejak tiga hari berturut-turut itu pengunjung luar biasa hampir semua teman-teman muat, harapan kita memang seperti ini," ungkap Pelaku wisata Rammang-rammang, Ridwan.
Tarif perahu bervariasi, muatan 4 orang seharga Rp200 ribu, 4-7 orang Rp250 ribu dan 7-10 orang Rp300 ribu dengan dua standar pelayanan perahu yakni memberlakukan antre untuk menuju lokasi lebih dahulu dan pengunjung bisa langsung mencarter perahu melalui pemiliknya.
Tarif yang dikenakan masih diberikan dispensasi atau kebijakan bagi pengunjung dengan budget minim. Termasuk pada libur panjang kemarin.
Meski begitu, jika dihitung-hitung, omzet pariwisata di Rammang-rammang mencapai sekitar Rp30 juta jika seluruh perahu beroperasi dengan kapasitas minimal empat orang.
"Itu paling minimal, karena pelaku wisata kan banyak, ada penyewa topi, pemilik penginapan dan penjual makanan di area Rammang-rammang. Inilah multi efek dari sektor pariwisata, bisa menghidupkan perekonomian," tambah Ridwan.
Wisata kuliner
Sama halnya dengan pelaku wisata di Rammang-rammang, keuntungan besar selama libur panjang juga diakui oleh pemilik rumah makan yang berada di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Beba Galesong Utara, Kabupaten Takalar, bernama Ardiansyah.
Tidak sedikit pengunjung yang memenuhi tempat makannya merupakan orang-orang yang telah berkunjung sebelumnya dan telah menikmati wisata kuliner, lalu datang kembali untuk memesan ulang.
Sehingga ia tidak lagi menerima pengunjung yang datang secara tiba-tiba, sebab orderan pesanan telah lebih dulu diterima.
"Saya bahkan kewalahan, karena ternyata datang rombongan, jadi kita maksimalkan saja tempat yang ada, bahkan selama libur panjang banyak yang saya tolak karena tempatnya sudah dipesan sebelumnya," kata Ardi sapaannya.
Selain menjadi tempat penjualan ikan, TPI Beba seringkali juga menjadi tempat untuk berkumpul bersama keluarga karena menawarkan tempat pembelian beragam macam ikan yang bisa langsung dinikmati. Memanfaatkan warung makan yang berada di sekitar dan telah menawarkan jasa bakar ikan.
Kawasan ini kerap kali menjadi tujuan para pesepeda dari Kota Makassar yang ingin menikmati berbagai jenis makanan laut.
"Alhamdulillah, banyak pengunjung dan ini sangat membantu, apalagi saya tidak sendiri, ada beberapa karyawan yang menggantungkan penghidupannya lewat warung kami," katanya.
Senada dengan yang lainnya, seorang penjual bunga di daerah Malino Kabupaten Gowa bernama Suhartini mengaku memperoleh omzet tiga kali lipat di masa libur panjang beberapa waktu lalu. Itu karena banyaknya masyarakat mengunjungi kawasan yang memang disebut kota bunga.
Jika biasanya hanya memperoleh keuntungan sekitar Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per hari, pada libur panjang itu laba tersebut bahkan hingga tiga kali lipat dalam sehari.
"Banyak yang borong bunganya, karena memang sekarang lagi musim orang-orang tanam bunga," katanya.
Hasil yang diperoleh pada hari libur panjang bahkan bisa mencapai Rp1 juta lebih, khusus untuk keuntungan saja, dalam sehari. Hal ini begitu disyukuri ibu tiga anak ini.
Terlebih, bunga yang dijajakan banyak diincar para ibu rumah tangga. Selain bunga, juga dijajakan bersama pot bunganya, kemudian menambah pemasukannya.
Semua berharap pandemi segera berakhir sehingga kunjungan wisatawan dan transaksi berbagai penjualan bisa normal lagi yang pada akhirnya mendorong perekonomian masyarakat setempat.