Kunci Memperbaiki Kebiasaan Buruk
Fathur bukannya tak menyadari, bahwa ada yang salah dengan hidupnya. Ia sudah ke dokter, memeriksakan kondisinya. Menurut dokter, dia mengidap insomnia.
Dokter mengorek banyak informasi dari Fathur, ihwal gangguan tidur yang dialaminya. Sebagai seorang editor video di sebuah perusahaan media massa, Fathur memang dihadapkan pada jam kerja tak menentu.
Tahun pertama bekerja, pola hidupnya terus berputar, seiring putaran sif yang harus ia jalani. Lalu, beranjak pada tahun-tahun berikutnya, Fathur malah terjebak dalam kehidupan malam.
Ia tak bisa lagi bekerja pada jam-jam normal. Jam kerja normal --pagi hingga sore-- yang ia jalani selalu berakhir tak optimal. Sebab, otaknya baru menyala tiap kali waktu menunjukkan pukul sepuluh malam.
Cocok dengan keterangan dokter, yang menyebut insomnia Fathur diakibatkan kebiasaannya begadang. "Ya itu semenjak sering ditempatkan (pada sif) malam, jadi lebih sering begadang. Kebentuk sendiri di situ," tuturnya, Minggu dini hari (4/3/2018).
Mungkin banyak orang yang terjebak dalam situasi sebagaimana dialami Fathur. Apalagi, perkembangan industri pada sejumlah sektor menuntut para pekerjanya aktif pada siang dan malam hari.
Kasus yang dialami Fathur adalah contoh dari sulitnya mengubah kebiasaan --dalam kasus Fathur adalah kebiasaan begadang. Ia telah berusaha memperbaiki hidupnya yang sudah lumayan berantakan akibat kebiasaan begadang. Tapi, mengubah kebiasaan tak semudah menunggu malam berganti pagi.
Sesulit apa sih mengubah kebiasaan?
Pada 2010, European Journal of Social Psychology membuat sebuah penelitian untuk menggambarkan, seberapa sulit seseorang mengubah kebiasaannya.
Menurut penelitian itu, kebiasaan dipengaruhi oleh pola yang terbentuk di dalam otak ketika seseorang beraktivitas dalam frekuensi tertentu.
Penelitian itu menyiratkan kabar baik, bahwa kebiasaan buruk dapat diubah. Syaratnya, komitmen dan konsistensi. Sebab, otak pada dasarnya bekerja untuk menumpuk memori-memori lama dengan memori baru yang telah didesain sesuai kebiasaan yang akan ditanamkan.
Selain itu, penelitian juga menyimpulkan dibutuhkan waktu 18 sampai 224 hari untuk mengubah kebiasaan yang telah mendarah daging. Prosesnya bergantung pada dorongan moral dan kedisiplinan tiap-tiap individu yang diteliti.
Dalam penelitian itu, 96 relawan dilibatkan untuk melakukan pembuktian atas klaim di atas. Sekitar 96 relawan diminta untuk memilih makan, minum, atau aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari dalam konteks yang sama selama 12 minggu.
Hasilnya, 95 persen relawan membutuhkan waktu antara 18 sampai 254 hari sebelum dapat melakukan kebiasaan baru. Penelitian tersebut menunjukkan adanya variasi yang dapat dimaklumi, terkait berapa lama seseorang dapat melakukan kebiasaan baru dan mengubahnya menjadi kebiasaan yang baru.
Penelitian lain mengenai kebiasaan juga pernah dilakukan Wendy Wodd. Dalam diseminasi hasil penelitiannya di American Psychological Association's 122nd, Wendi memaparkan bahwa kebiasaan yang kita lakukan sebagian besar akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.
Sudah tahu ya, sekarang? Butuh dua hingga 32 minggu untuk membentuk kebiasaan baru. Dan komitmen dalam diri sangat berpengaruh pada hasilnya.
Apapun kebiasaan buruk yang ingin kamu ubah, lakukanlah dengan kedisiplinan 'tingkat dewa'. Semangat!