Proyek Massive di Trotoar Sudirman-Thamrin
Pengamat Tata Kota, Nirwono Joga melihat konsep konsep penataan trotoar Sudirman-Thamrin akan menimbulkan masalah baru. Terlebih kemacetan massive yang mungkin terjadi di kedua jalan protokol itu.
"Akses keluar masuk kendaraan ke gedung bangunan akan menjadi titik-titik macet baru karena akan bersilangan atau memotong dengan jalur bus reguler dan motor (yang padat merayap) terutama di pagi, siang, dan sore hari," kata Nirwono dalam pesan singkat yang diterima era.id, Kamis (8/3/2018).
Nirwono memprediksi, kemacetan sudah akan terjadi bahkan sebelum proyek penataan trotoar itu dikerjakan. Lantaran upaya Pemprov untuk meminta kesediaan para pemilik gedung, untuk membuka akses pagar beton pemisahnya dengan jalan. Hal serupa juga pernah terjadi sebelumnya saat penataan pedestrian Sudirman-Thamrin saat era kepemimpinan Sutiyoso.
"Pengaturan pintu keluar masuk kendaraan di Sudirman-Thamrin membutuhkan waktu yang lama dan alot. Bahkan, pembukaan pagar gedung juga tidak akan mudah karena tidak adanya jaminan keamanan terhadap bangunan," jelas Nirwono.
Oleh karena itu bukan perkara mudah untuk menata ruas trotoar di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin. Faktor penghambat lainnya yang juga acap kali dihiraukan yakni volume kendaraan yang melintas dan PKL.
Nirwono menyoroti ide dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang ingin mensosialisasikan konsep Sabuk Nusantara di trotoar Sudirman-Thamrin. Dirinya mempertanyakan keefektifan kios-kios penjual koran di era yang serba digital.
(desain trotoar Sudirman-Thamrin/istimewa)
Baginya, itu hanyalah cara halus untuk menyampaikan, Pemprov memfasilitasi pedagang kaki lima (PKL) untuk berjualan di trotoar.
"Apa masih ada kios koran bertahan? di era digital seperti sekarang atau ini kios untuk jual beli makanan, bukankah ini bentuk resmi dari PKL? apakah ini tidak melanggar UU 22/2009 tentang lalin dan angkutan jalan dan Perda no 8/2007 tentang ketertiban umum?," sambungnya.
"Fokuskan saja trotoar hanya untuk berjalan kaki dengan aman dan nyaman," imbuhnya.
Lebih lanjut Nirwono mengatakan, tidak melihat adanya jalur khusus disabilitas dalam konsep Sabuk Nusantara yang dicetuskan oleh Anies. Padahal, menurutnya badan trotoar lazimnya dapat memfasilitasi semua pengguna trotoar.
"Harus terbagi dengan jelas jalur untuk pejalan kaki, jalur khusus disabilitas dan jalur sepeda sesuai amanah UU 22/2009 tentang lalin dan angkutan," lanjutnya.
Nirwono juga menyayangkan, gambar konsep yang sudah beredar, di mana tidak terlihatnya keterpaduan antara trotoar dengan saluran air maupun jaringan utilitas di bawahnya. Hal ini berpotensi menyebabkan bongkar pasang bidang trotoar seperti yang sudah ada sebelumnya.
Diketahui, jalan dan trotoar di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman-Thamrin akan ditata ulang. Area penataan itu meliputi Patung Pemuda Membangun, Simpang Susun Semanggi, Patung Selamat Datang (Bundaran HI), sampai Patung Kuda Arjuna Wiwaha.
Nantinya, sepanjang trotoar tersebut akan dihiasi motif batik Nusantara. Tak hanya itu, fasilitas toilet hingga panggung budaya juga akan disediakan di beberapa titik trotoar.
Pembangunan trotoar Sudirman-Thamrin tidak menggunakan APBD. Pembangunan merupakan tanggung jawab kontraktor atas kompensasi koefisien luas bangunan (KLB) sisa dari pembangunan Simpang Susun Semanggi.