Di Tangan Rhoma, Dangdut Mendunia

Jakarta, era.id - Perjuangan Rhoma Irama dalam menjaga eksistensi musik dangdut tidaklah mudah. Sejak Orkes Melayu Soneta terbentuk pada Oktober 1970, ia kerap menghadapi rintangan. Pada satu saat, musik dangdut yang diusungnya berkonfrontasi dengan musik rock yang tengah mewabah.

Rolling Stones, Led Zeppelin, dan Deep Purple menjadi idola remaja sekaligus membuat genre musik lain nyaris mati. Rhoma membuat strategi, orkes melayu ia tetesi dengan DNA hard rock ala Deep Purple, iramanya yang mendayu ia ganti dengan ketukan yang cepat, bebunyian instrumen India, tabla digantikan dengan dram. Semua demi bersaing dengan musik rock.

Segala hal yang bernuansa akustik ia ganti dengan bebunyian elektrik. Cita rasa gitar rock distorsif menyembur di nomor-nomor semisal Begadang 2, Takwa, Judi dan Kiamat, serta Ingkar. Suara gitar rock Rhoma Irama sejak itu menjadi unsur wajib dalam dangdut. Dengan revolusi yang dilakukannya, di Indonesia dangdut menjadi tuan rumah sekaligus primadona.

Namun sejumlah musisi rock tidak suka dengan apa yang dilakukan Rhoma. Mereka mencerca sekaligus meminta pemerintah melarang peredaran musik dangdut. Pentolan band Giant Step Benny Soebardja bahkan pernah menyatakan perang terhadap Rhoma. Dangdut dan rock pun seperti minyak dan air.

Memasuki 1979, musisi dangdut dan musisi rock melakukan gencatan senjata melalui mediasi pengacara Japto Soerjosoemarno. Ia 'menantang' Rhoma dan Soneta-nya berduel dengan Achmad Albar dan God Bless-nya, dalam sebuah konser di Senayan, Jakarta. Sejak itu, dangdut dan rock berdamai. Konser sejenis bahkan terulang pada 1985 di tempat yang sama.

Tidak sampai di situ. Musik dangdut 'polesan' Rhoma juga menyedot perhatian seorang peneliti musik dangdut dari Universitas Pittsburg, Amerika Serikat, Profesor Andrew Weintraub. Di universitas tersebut lagu-lagu Rhoma menjadi salah satu mata kuliah wajib yang dicetak dalam enam buah buku berhalaman tebal.

Dalam bukunya yang berjudul Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia (KPG 2012), Andrew menuliskan, selain karena keragaman sumber musiknya, Rhoma Irama menjadikan dangdut sebagai wahana gagasan tentang moral dan politik rakyat. Andrew juga menganalisa pesan 307 lagu yang telah dirilis Rhoma. Salah satu lagunya, Stop, dianggap sebagai lagu pop terkaya di dunia dalam hal imajinasi, kreativitas, dan aransemen.

Saking cintanya dengan musik dangdut ala Rhoma, pada 2009 Andrew membentuk sebuah grup musik dangdut bernama Dangdut Cowboys yang seluruh personelnya berasal dari Pittsburg. Di tangan Rhoma, musik dangdut pun mendunia. Selamat Hari Musik Nasional, Rhoma Irama!