Begini Cara Ibadah Umat Sebelum Nabi Muhammad: Sholat 2 Waktu hingga Puasa Seumur Hidup
ERA.id - Umat Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk mengerjakan rukun Islam yakni dengan bersyahadat, shalat, zakat, puasa Ramadan, dan pergi haji ke Makkah jika mampu. Namun, pernahkah kalian berpikir bagaimana cara ibadah umat nabi terdahulu?
Dikutip dari laman rumahfiqih.com, Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA mengatakan bahwa umat nabi terdahulu juga disyariatkan untuk melakukan shalat, puasa, zakat, haji dan bentuk-bentuk ibadah lainnya. Termasuk berlaku juga syariat dan hudud seperti rajam, potong tangan, cambuk dan seterusnya.
Kalau pun ada perbedaan, berkisar pada tataran teknis saja. Di mana perbedaan ini dapat terjadi karena dua faktor. Pertama, karena faktor perbedaan dari Allah. Kedua, karena faktor bias dan penyelewengan para penerus agama tersebut.
Lalu, bagaimana umat nabi terdahulu beribadah? Berikut ulasannya:
1. Shalat dan Zakat
Perintah shalat dan zakat ternyata juga diwajibkan bagi umat Nabi Isa AS. Hal itu sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an, surat Maryam ayat 31 yang artinya,"Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku shalat dan zakat selama aku hidup."
Namun, mereka hanya dibenarkan shalat di dalam mihrab (tempat shalat khusus), tidak boleh dikerjakan di sembarang tempat. Bahkan tanah yang kita injak ini tidak suci bagi mereka, sehingga tidak boleh digunakan untuk bertayamum atau bersuci dengan debu.
Sedangkan khusus untuk Nabi Muhammad SAW, shalat boleh dikerjakan di mana saja di atas tanah dan tanah itu bisa dijadikan media untuk bersuci (tayammum). Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad:
Dari Abi Umamah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Telah dijadikan tanah seluruhnya untukkku dan ummatku sebagai masjid dan pensuci. Di manapun shalat menemukan seseorang dari umatku, maka dia punya masjid dan media untuk bersci. (HR Ahmad 5: 248)
Tentunya shalat mereka tidak lima waktu seperti kita sekarang ini, karena perintah shalat lima waktu hanya ada setelah mi'rajnya Rasulullah SAW.
Shalat yang diwajibkan kepada nabi Sulaiman adalah shalat Ashar, yaitu shalat pada sore hari.
Bangsa Arab jahiliyah pun mengenal shalat. Namun, seperti yang disebutkan dalam firman Allah, teknis ritualnya sudah mengalami pergeseran total dari yang seharusnya. Tinggal berbentuk siulan dan tepuk tangan.
"Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu." (QS. Al-Anfal: 35)
Puasa
Sama seperti kita, umat sebelum Nabi Muhammad juga mengenal ritual puasa, sebagaimana firman Allah SWT: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183)
Namun bentuk puasa umat terdahulu sedikit berbeda dengan puasa yang disyariatkan kepada umat nabi Muhammad SAW. Misalnya puasa yang Allah syariatkan kepada Nabi Daud AS dan umatnya, mereka diwajibkan puasa seumur hidup setiap dua hari sekali berselang-seling. Sedang kita hanya diwajibkan puasa satu bulan saja dalam setahun, yaitu bulan Ramadhan.
Puasa yang dilakukan Maryam adalah tidak berbicara kepada manusia. Sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Quran:
Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini."(QS. Maryam: 26).
Haji
Ritual ibadah haji di Makkah sudah dijalangkan jauh sebelum nabi Muhammad SAW dilahirkan. Nabi Ibrahim AS dan puteranya Nabi Ismail telah mempelopori ritual itu belasan abad sebelum turunnya Al-Qur'an.
Bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Nabi Adam AS juga melakukan ritual haji saat bertemu kembali dengan isterinya di Jabal Rahmah.
Dan sebelumnya, para malaikat yang diutus Allah SWT ke muka bumi telah membangun Kakbah dan bertawaf di sekelilingnya. Ini menunjukkan bahwa ibadah haji merupakan ibadah yang sudah ada semenjak manusia belum diciptakan.
Namun, seiring dengan perjalanan waktu, bentuk teknis ritual haji mengalami pergeseran dan penyimpangan. Hal ini terekam saat Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW. Bangsa Arab saat itu masih menjalankan ritual tawaf di sekeliling kakbah. Tetapi dengan cara telanjang tanpa busana, sambil bertepuk-tepuk tangan. Kakbahnya sendiri dikotori dengan 360 berhala yang menggambarkan syirik kepada Allah.
Menjelang akhir hidupnya, Rasulullah SAW bersama ratusan ribu shahabatnya melaksanakan ritual haji. Sejarah mencatatnya sebagai haji wada'. Dan ritual haji wada' ini menjadi tonggak pelurusan kembali ritual ibadah haji sesuai dengan perintah dan petunjuk dari Rasulullah SAW. Dikunci dengan sabda beliau: Kudzu 'anni manasikakum, ambillah dariku manasik kalian.