Pelacak kasus COVID-19 Tak Sampai 5 Ribu Orang, Upaya 3T Pemerintah Dipertanyakan

ERA.id - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengaku kaget dengan jumlah pelacak alias tracer COVID-19 di Indonesia tak sampai 5 ribu orang.

Padahal rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 30 tracer per 100 ribu penduduk.

Melihat hal tersebut, Muhadjir mengakui bahwa selama satu tahun pandemi COVID-19 melanda Indonesia, pemerintah masih belum serius menjalankan 3T (testing, tracing, dan treatment).

"Saya kaget waktu dapat laporan jumlah tracer kita tidak sampai 5 ribu seluruh Indonesia dan hampir 1.600 lebih ada di DKI. Jadi sebetulnya memang selama ini kalau dilihat dari jumlah tracernya, kita belum melakukan upaya 3T yang serius," ujar Muhadjir melalui keterangan tertulis, Jumat (12/2/2021).

Oleh karena itu, dia berharap strategi baru dari Kementerian Kesehatan menjalankan 3T bisa terus ditingkatkan. Terutama di tingkat keluarga, karena klaster keluarga tercatat yang palig tinggi terjadi penularan COVID-19.

Menurutnya apabila 3T dilakukan sungguh-sungguh maka akan mampu menekan laju penularan COVID-19.

"Saya yakin betul kalau 3T bisa kita lakukan sungguh-sungguh dan optimal, kita akan bisa mengatasi COVID-19 ini. Di samping juga tenaga tracer terus kita tingkatkan dan kita kerahkan semaksimal mungkin," kata Muhadjir.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan Indonesia hanya memiliki 5.000 tracer atau petugas pelacakan kontak erat pasien COVID-19 selama satu tahun wabah virus koroba merebak di Tanah Air. Jumlah tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).