Via Vallen dan Hijau Daun

Your browser doesn’t support HTML5 audio
Tulisan kali ini adalah lanjutan dari artikel berseri Era Budaya Instan. Sekarang, kami mau bercerita tentang timbul-tenggelamnya penyanyi-penyanyi yang tenar secara instan. Ada beberapa penyanyi yang kami amati dengan seksama popularitasnya. Setelah terkenal secara instan, ada artis yang bertahan, tapi ada juga yang pelan-pelan menghilang.

Jakarta, era.id - "Sayang. Opo kowe krungu jerit e ati ku. Mengharap engkau kembali. Sayang. Nganti memutih rambut ku. Ra bakal luntur tresno ku"

Itulah penggalan lagu Sayang. Lagu itu dipopulerkan Via Valen di awal 2017. Akibat lagu tadi, pemilik nama asli Maulidita Octavia itu menjadi penyanyi dangdut yang paling populer hingga saat ini. Hampir semua kalangan kenal dia. 

Lagu itu viral dan digemari setelah tayang di YouTube. Hingga saat ini, lagu yang diunggah oleh ascadamusik itu sudah ditonton 140 juta kali. Sejak lagu itu, nama Via melambung. Dia jadi sering manggung, baik di televisi atau keliling kampung.

Sebelumnya, dia cuma sebatas penyanyi dangdut koplo dari kampung ke kampung. Dia bernyanyi sejak SD, pada tahun 2000-an. Waktu itu belum seterkenal sekarang. Setelah lagu Sayang tadi, dia jadi dilirik banyak orang. Mukanya yang cantik jadi salah satu pemikatnya, di samping suaranya yang aduhai.

Bahkan, di tahun politik ini, 2018, dia makin sibuk. Ada salah satu calon gubernur yang merekrut dia jadi semacam duta. Dia juga dibuatkan lagu berjudul Kabeh Sedulur Kabeh Makmur. Lagu itu dibuat untuk membantu kampanye Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno buat Pilkada Jawa Timur 2018. Ini pula yang membuat dia makin tenar. Vyanisty, sebutan buat fans Via Vallen, jadi makin sering bertemu dengan pujaannya di Jawa Timur.

Mengutip pengamat musik Bens Leo dalam beberapa kesempatan, ketenaran Via Vallen ditunjang berbagai hal. Di antaranya, kualitas suara dan penampilannya yang digemari pecinta musik dangdut. Ini pula yang membuat Via jadi makin mahal harganya. Tidak hanya pendapatan dari bernyanyi, dia juga kerap menjadi endorsement beberapa barang di akun media sosialnya.

(Infografis/era.id)

Instan dan seman

"Suara dengarkanlah aku. Apa kabarnya pujaan hatiku. Aku di sini menunggunya. Masih berharap di dalam hatinya"

Ini adalah penggalan reff dari lagu Suara (Ku Berharap) yang dilantunkan band Hijau Daun. Bisa dibilang, lagu ini salah satu one-hit wonder di Indonesia. 

Mungkin anak zaman sekarang tidak tahu lagu dan band ini. Sebab memang sudah tidak kedengaran lagi kabarnya. Tapi, kalau ngobrol sama anak-anak yang besar di tahun 2008-an, pasti tahu lagu ini. Lagu ini hit pada zaman itu. Bahkan, single dari album Ikuti Cahaya itu mencatat angka unduhan ringback tone sebanyak 1,5 juta kali selama September-Desember 2008, alias cuma tiga bulan. Ringback tone, saat itu, dijadikan patokan keterkenalan seorang musisi.

Di masa-masa itu, band ini mendapatkan banyak penghargaan. Di antaranya, Dahsyatnya Award untuk kategori Band Pendatang Baru Terdahsyat dan Indigo Awards untuk kategori Band Terbaik, Artis Pop Terbaik dan Artis of the Year pada periode 2008-2009.

Setelah lagu Suara tadi, popularitas Hijau Daun makin hilang dan sudah tidak terdengar lagi gaungnya beberapa tahun berikutnya.  Meski sempat merilis lagu baru berjudul Ku Tetap Sayang dan Ilusi Tak Bertepi pada 2015, namun tidak ada gempita publik sebagaimana terjadi pada tahun 2008 lalu. Lagu-lagunya tidak bisa mengalahkan Suara.

Kabar terbaru bahkan menyebutkan salah satu personel band ini dikabarkan hengkang karena urusan keluarga. Nama Hijau Daun tidak naik daun lagi.

Tag: era budaya instan