Denny Siregar Balk-blakan Tuding HTI dan ISIS Bebas Bergerak Saat Pemerintahan SBY
ERA.id - Pegiat media sosial Denny Siregar baru-baru ini mengungkapkan alasan mengapa bisa radikalisme tumbuh subur di Indonesia. Dan membandingkan pemerintahan SBY dan Jokowi dalam hal menekan terorisme.
Hal itu disampaikannya melalui channel youtube 2045TV yang berjudul ‘kenapa saya tidak suka dengan keluarga SBY’. Denny Siregar menuding pemerintahan SBY 'memfasilitasi' gerakan radikal di Indonesia.
Denny mengatakan hal itu bisa terlihat saat SBY berkuasa, ia memberikan izin kepada stasiun televisi negara, yakni stasiun Televis TVRI yang menayangkan kegiatan organisasi terlarang, Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI.
“Mari kita lihat, tahun 2013, HTI dengan seenaknya membajak TVRI dan disiarkan ke seluruh dunia dalam siaran langsung untuk mempropagandakan sebuah konsep negara khilafah. Kan ini bertentangan sekali dengan NKRI,” ujar Denny Siregar, dikutip Selasa (16/3/2021).
“Seperti yang diketahui, Kelompok HTI yang merupakan jaringan radikalisme global yang di banyak negara dimusuhi dan dibubarkan. Bahkan pentolannya dihukum mati, di Indonesia bisa berkembang dengan bebas tanpa ada perlawanan sedikit pun. Ini hanya terjadi di zaman pemerintahan SBY,” tambah Denny Siregar.
Denny menambahkan jika kelompok radikalisme ini sudah masuk ke dalam ranah pendidikan, hingga aparat negara.
“Jika kita melihat pada saat HTI dibubarkan pada tahun 2017, pada masa pemerintahan Jokowi. Yang muncul dan protes itu adalah guru-guru besar, di Universitas Negeri,” ujarnya.
“Kebayang kan bagaimana ngerinya HTI ini? bagaimana mereka berkembang dan bagaimana mereka menanamkan pemahaman, dan juga membangun kader-kader mereka melalui fasilitas negara di Indonesia ini,” tutur Denny.
SBY juga dituding melemahkan kepolisian dalam menindak kelompok beraliran radikalisme.
“Pertanyaannya, kenapa mereka (kelompok radikal) bisa begitu jumawa, kenapa mereka bisa begitu merasa besar di zaman pemerintahan SBY? Ya karena dibiarkan! Bahkan mungkin difasilitasi dengan bantuan sosial untuk ormas keislaman, supaya mereka tak melawan pemerintah,” ujar Denny.
Namun, Denny menilai SBY tidak secara frontal memberi dukungan radikalisme di Indonesia. Namun, bagi Denny dengan SBY membiarkan radikalisme tanpa ada perlawanan. Itu sama jahatnya dengan memberi dukungan.
“Pak SBY tidak mendukung radikalisme, tetapi membiarkannya, bahkan mungkin memfasilitasinya, itu juga kejahatan yang sama,” tandasnya.