Volume Limbah Medis di Solo Naik 10 Persen Selama Pandemi, Kemana Dibuangnya?

ERA.id - Volume limbah medis di kota Solo mengalami peningkatan sebesar 10 persen saat pandemi Covid-9. Peningkatan ini dipicu karena tingginya operasional rumah sakit dan fasilitas kesehatan (faskes) yang menangani kasus infeksius.

Kepala Seksi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solo Heri Widianto mengatakan sebelum pandemi, jumlah limbah B3 di kota Solo sekitar 6-7 ton dalam sehari. 

”Setelah pandemi ada kenaikan sekitar 10 persen,” katanya, Selasa (16/3).

Kebanyakan limbah medis yang ada yakni alat pelindung diri (APD). Untuk pengelolaannya, tidak semua ditangani oleh DLH. Ada sebagian (faskes) yang bekerja sama degan pihak ketiga untuk pengolahannya.

”Sebagian ada yang sudah mengelola sendiri. Di Solo ini beberapa rumah sakit sudah mengolah sendiri,” lanjutnya.

Rumah sakit yang mengolah limbah medisnya secara mandiri diantaranya RSUD dr Moewardi dan RS dr Oen Kandang Sapi.

Untuk RSUD dr Moewardi pemusnahan limbahnya menggunakan insinerator, sedangkan RS dr Oen Kandang Sapi menggunakan autoklaf, teknologi pengolahan limbah yang bersifat ramah lingkungan.

Sedangkan untuk limbah medis bagi warga yang menjalani karantina mandiri selama ini difasilitasi pemerintah.

”Penanggung jawabnya yakni dari Puskesmas di masing-masing wilayah,” ucapnya.