Perang Dagang AS Bikin Saham Dunia Kedodoran
Mengikuti itu, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 ikut bergerak turun sebesar 8,01 poin atau 0,79 persen menjadi 1.009,47.
Menurut Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities, Nico Omer Jonckheere, sentimen negatif eksternal yang mendorong penurunan harga saham adalah kebijakan proteksionis Amerika Serikat (AS) yang ditetapkan Presiden Donald Trump.
"IHSG masih dibayangi oleh sentimen negatif dari sikap Presiden AS, Donald Trump dengan kebijakan proteksionisnya," tutur Nico Omer Jonckheere seperti dilansir Antara, Senin (26/3/2018).
Kebijakan perang dagang yang diambil Trump terkait penerapan tarif bea masuk impor baja dan aluminium terhadap sejumlah negara telah memicu kekhawatiran banyak negara, termasuk bangsa-bangsa yang tergabung sebagai anggota G-20.
Terkait itu, Nico mengungkap adanya harapan agar Indonesia dapat terus menjaga momentum pemulihan ekonomi ke depan. Menurut Nico, Bank Indonesia berperan penting di sini, yaitu untuk menjamin pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I tahun 2018 lebih baik dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Dengan begitu, Nico yakin keseimbangan IHSG akan terjaga seiring terjaganya kepercayaan pasar. "Diharapkan Indonesia dapat terus menjaga momentum pemulihan ekonomi ke depannya," kata Nico.
Selain jaminan Bank Indonesia, Nico berharap sentimen positif dari laporan laba emiten di dalam negeri dapat pula menjadi penopang pergerakan IHSG.
Saham dunia
Australia
Dampak kebijakan perang dagang Amerika Serikat turut memicu kemerosotan harga saham di Australia. Pagi ini, pasar saham Australia dibuka lebih rendah atas harga logam yang membebani indeks.
Pada pukul 10.50 waktu setempat, indeks acuan S&P/ASX 200 turun 37,20 poin atau 0,64 persen pada 5.783,50 poin. Sementara itu, indeks All Ordinaries yang lebih luas kehilangan 39,00 poin atau 0,66 persen pada 5.890,00 poin.
"Pasar-pasar saham pada Jumat malam di Eropa dan AS anjlok dan logam-logam industri merosot lebih jauh karena para investor mempertimbangkan potensi pukulan terhadap prospek pertumbuhan," kata Kepala Analis Pasar CMC Markets, Michael Mccarthy.
Tokyo
Bursa saham Tokyo dibuka dengan penurunan tajam pada Senin, menyusul penurunan Wall Street pada akhir pekan lalu. Seperti di Indonesia dan Australia, penurunan ini terjadi di tengah kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangan proteksionis Washington dapat memicu perang dagang.
Pada pukul 09.15 waktu setempat, indeks Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo (TSE) jatuh 252,74 poin atau 1,23 persen, dari tingkat penutupan Jumat (23/3) menjadi di perdagangkan di 20.365,12 poin.
Sementara itu, indeks Topix yang lebih luas dari semua saham papan utama di pasar Tokyo kehilangan 17,15 poin atau 1,03 persen, menjadi diperdagangkan di 1.647,79 poin.
Seoul
Di Ibu Kota Korea Selatan, Seoul, bursa saham dibuka melemah pada perdagangan Senin, dengan Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) yang merosot 4,15 poin atau 0,17 persen, menjadi 2.412,61 dalam 15 menit pertama perdagangan.
Mata uang Korea Selatan dikutip di 1.079,2 won terhadap dolar AS pada 09.15 pagi, naik 3,0 won dari tingkat penutupan akhir pekan lalu.
Hong Kong
Dari Hong Kong, kabar serupa juga terjadi. Harga saham mayoritas Hong Kong dibuka lebih rendah pada perdagangan Senin, dengan indeks acuan Hang Seng (HSI) kehilangan 42,22 poin atau 0,14 persen, menjadi diperdagangkan di 30.267,068 poin.
Beijing
Di China, di negara yang bersinggungan langsung dengan kebijakan perang dagang Amerika Serikat, harga saham mayoritas dibuka lebih rendah, dengan Indeks Komposit Shanghai yang melemah 1,12 persen dan diperdagangkan di 3.117,32 poin.
Sementara itu, Indeks Komponen Shenzhen yang melacak saham-saham di bursa kedua Tiongkok dibuka turun 1,30 persen, diperdagangkan pada 10.303,75 poin. Begitu pula dengan Indeks ChiNext, yang melacak saham-saham perusahaan berkembang di papan bergaya NASDAQ Tiongkok, yang menunjukkan penurunan 1,26 persen dan diperdagangkan di 1.704,35 poin.