Mantan Napi Teroris Blak-blakan Ungkap Peran Perempuan dalam Aksi Teror: Lebih Militan dari Laki-Laki
ERA.id - Serangkaian aksi teror terjadi dalam sepekan terakhir, berawal dari pengemboman di depan Gereja Katederal Makassar pada Minggu (28/2) hingga penyerangan di Markas Besar (Mabes) Polri pada Rabu (31/2).
Teror bom Makassar diketahui dilakukan oleh pasangan suami istri yang terafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Sedangkan pelaku penyerangan Mabes Polri merupakan seorang perempuan berusia 25 tahun yang bergerak sendiri atau lone wolf dan berkiblat kepada ISIS.
Mantan narapidana terorisme Haris Amir Falah mengungkapkan, tren baru yang menggerakan para pelaku aksi teror sekarang ini lebih banyak menyasar perempuan. Bahkan, perempuan dinilai lebih militan dibandingkan dengan laki-laki.
"Sekarang itu trennya adalah wanita. Bahkan dari temuan saya di lapangan itu, justru wanita itu lebih militan daripada laki-laki," ungkap Haris dalam diskusi virtual pada Sabtu (3/4/2021).
Haris mengatakan, hingga tahun 2010, kelompok maupun jaringan terorisme tidak pernah melibatkan perempuan dan anak-anak dalam aksi penyerangan. Namun, menurut Haris saat ini justru banyak perempuan yang mengajak suaminya untuk bergabung dalam aksi-aksi teror.
"Banyak yang suaminya ikut, bukan karena suaminya yang ngajak istrinya, tapi justru istrinya yang ngajak suaminya," kata Haris.
Lebih lanjut, Haris juga mengungkapkan ada fatwa dari para kelompok dan jaringan teroris yang paling berbahaya. Akibatnya, banyak pelaku terlihat bergerak sendiri atau lone wolf seperti yang terjadi di Mabes Polri.
Fatwa itu, kata Haris, memperbolehkan pelaku melakukan aksinya tanpa harus mendapatkan izin dari orang tua maupun suaminya.
"Mereka itu sudah difatwakan kalau di Indonesia itu fatwa ain. Yang terjadi akhirnya seperti kemarin, perempuan bisa melakukan jihad, bahkan anak kecil itu boleh melakukan tanpa harus izin dari ortu. Istri tidak udah izin dari suaminya. Seorang dalam satu kelompok ga harus izin sama amirnya," kata Haris.
"Itulah fatwa yang paling berbahaya. Selama ini masih diyakini maka ini akan muncul terus," pungkasnya.