Kisah Nyata Bloody Mary, Ratu Inggris Pertama yang Bengis

ERA.id - Jika kamu penggemar berat film horror pasti sudah tidak asing dengan nama Bloody Mary, sosok ini dikenal sebagai penyihir yang bernama Mary Worth. Ia dipercaya sudah hidup lebih dari seratus tahun dan memiliki ilmu hitam.

Meski telah hidup lama, Mary dipercaya memiliki penampakan cantik dan masih muda. Ia kerap kali muncul dalam cermin dan merenggut nyawa para korbannya. Penyihir ini akan menggunakan gadis gadis muda sebagai tumbal untuk memperkuat ilmu hitamnya. Kisah Bloody Mary tersohor di Eropa

Bloody Mary Sosok yang Nyata

Tapi tahukah kamu sebenarnya Bloody Mary adalah sosok nyata dan terkenal di Inggris. Alkisah Kerajaan Inggris pernah dipimpin oleh beberapa ratu. Termasuk Ratu Mary I yang merupakan ratu pertama Kerajaan Inggris. Namun berbanding terbalik dengan Ratu Elizabeth II, Ratu Mary I dikenal sebagai ratu yang kejam. Saking kejamnya, dia bahkan mendapatkan julukan sebagai "Bloody Mary". Dilansir dari history.com, Ratu Inggris Pertama tersebut dikenal kejam.

Masa Kecil Mary I

Mary Tudor atau Mary I merupakan ratu Inggris yang memerintah pada 1553 hingga kematiannya pada 1558. Dia mendapat julukan Bloody Mary karena membantai ratusan orang dengan membakar mereka di tiang pancang.

Lahir pada 18 Februari 1516 di Istana Placentia di Greenwich Inggris, Mary Tudor atau yang lebih dikenal dengan nama Mary I adalah putri pertama pasangan Raja Henry VIII dengan istri pertamanya, Catherine dari Aragon.

Dok. smithsonianmag.com

Sayangnya, ayah Mary menginginkan anak laki-laki untuk menjadi penggantinya. Setelah gagal melahirkan anak laki-laki, Raja Henry VIII menceraikan Catherine. Sebagai gantinya, dia menikahi Anne Boleyn pada 1520. Tidak hanya meninggalkan ibunya, Henry VIII juga membuang Mary Tudor ke Welsh, dan mencoretnya dari daftar pewaris tahta.

Karena tidak memiliki anak laki laki untuk menjadi ahli waris, Raja Henry akhirnya menikahi Anne Boleyn, salah satu dayang Catherine. Setelah Anne melahirkan Elizabeth Henry yang tidak mencintai Anne lagi, serta memberikan tuduhan palsu dan memenggal kepala Anne Boleyn pada 1536.

Setelah menghukum mati Anne, Henry menikahi Jane Seymour, yang akhirnya melahirkan seorang putra bernama Edward.

Pada tahun 1544, Henry VIII mengembalikan Mary Tudor dan Elizabeth I ke istana. Henry  juga mengembalikan posisi Mary dan Elizabeth sebagai pewaris tahta. Sementara Mary Tudor menjadi pewaris kedua setelah Edward, Elizabeth I harus puas berada di posisi ketiga.

Kudeta Mary Terhadap Kerajaan Inggris dan Menjadi Ratu Pertama

Ketika Edward VI mewarisi takhta di usia 9 tahun pada 1547, Mary harus menghadapi perbedaan di antara mereka terkait agama. Berbeda dengan Edward dan Elizabeth I yang menganut protestan, Mary Tudor adalah seorang penganut katolik yang taat.

Namun, Edward tidak berumur panjang. Ia meninggal karena penyakit tuberculosis pada tahun 1553. Setelahnya Jane Grey yang merupakan sepupu jauh Edward naik tahta pada 10 Juli 1553 melalui perjanjian rahasia anatara dirinya dan penasihat pribadi Edward. Tidak ingin posisinya diambil, Jane Grey meminta ayah mertuanya, Northumberland untuk menangkap Mary.

Mary yang tidak terima dengan naiknya Jane Grey memutuskan kabur ke East Anglia, dan mengumpulkan pasukan. Dalam waktu sembilan hari, Mary berhasil mengalahkan Northumberland, menggulingkan Jane Grey dari kekuasaannya, dan memproklamirkan dirinya sebagai Ratu Inggris. Berbeda dengan kebanyakan putri lain yang menjadi ratu karena menikahi seorang raja, Mary memerintah dengan hak-nya sendiri yang membuatnya jadi Ratu Inggris pertama sepanjang sejarah.

Masa pemerintahan Mary I

Selama masa pemerintahannya, Mary Tudor berusaha untuk mengembalikan kerajaan Inggris pada agama Katolik. Ia juga menghapus banyak hukum agama yang dibuat oleh ayah dan saudara tirinya, dan memulihkan doktrin gereja katolik. Setelahnya Mary menikah dengan Phillip II putra Kaisar Charles V dari Spanyol untuk mempererat aliansi dengan komunitas Katolik.

Selama lima tahun kepemimpinannya, Mary membakar sekitar 300 orang protestan yang menolak merubah keyakinannya menjadi katolik. Untuk kejahatannya itu, sang ratu dijuluki "Bloody Mary" oleh rakyatnya sendiri.

Meski pada awalnya pernikahan Mary dengan Philip II berjalan baik, namun tidak adanya keturunan di antara mereka menimbulkan masalah tersendiri.  Sementara, aliansi dengan Spanyol menyeret Inggris ke dalam konflik militer dengan Perancis, yang membuatnya harus melepaskan Calais.

Pada akhirnya Mary meninggal di Istana St James di London pada 17 November 1558 dan dimakamkan di Westminster Abbey. Saudara tirinya meneruskan tahtanya sebagai Ratu Elizabeth I pada 1559.