Peluang PKS-PDIP Berkoalisi di 2024, PKS: Biarkan Mengalir
ERA.id - PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggelar pertemuan pada Rabu (27/4/2021). Dua partai yang selalu tampil bersebrangan itu pun duduk dalam satu meja dan menyepakati kerja sama di berbagai isu nasional.
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan, pertemuan tersebut merupakan inisiatif partainya yang memang memiliki agenda silaturami dengan sejumlah partai politik di bulan Ramadan ini. Dia mengaku tidak ada lobi khusus untuk bertemu dengan PDIP.
"PKS memang membuat program silaturahim Ramadan. Berturut dengan PPP, Golkar, PDIP kemarin, PKB hari ini, Nasdem Jumat lusa, dengan MUI pagi ini. Ya kami sampaikan saja PKS sedang ada program silaturahim Ramadan dan ingin berkunjung ke DPP PDIP," kata Mardani kepada wartawan, Rabu (28/4/2021).
Mardani mengaku, pertemuan dengan PDIP kemarin berjalan cair. PDIP menyambut baik kedatangan PKS dan mengapresiasi sikap politik PKS yang kokoh di oposisi.
Kedua partai memiliki kesepakatan dalam beberapa aspek. Misalnya keduanya sepakat bekerja sama untuk penanganan pandemi COVID-19 hingga isu ekonomi.
"PDIP mengapresiasi PKS yang kokoh di oposisi. Dan PKS mengajak PDIP memperjuangkan keadilan pajak untuk rakyat kecil termasuk tidak mengenakan pajak untuk motor roda dua di bawah 150 cc hingga sama-sama membahas penanganan COVID-19," kata Mardani.
Ditanya mengenai kemungkinan untuk berkoalisi PDIP di Pemilu 2024 mendatang, Mardani tak menjawab banyak. Dengan singkat dia hanya mengatakan kerja sama dua partai ini akan mengalir.
"Biarkan mengalir," kata Mardani.
Sebelumnya, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin memprediksi pertemuan PKS dan PDIP dalam rangka penjajakan dan memasnaskan mesin partai untuk persiapan 2024. Dia juga menyebut adanya peluang kedua partai tersebut berkoalisi.
Dengan perbedaan warna baju antara partai nasionalis dan partai relijius, dia menilai, PKS dan PDIP akan menjadi koalisi yang apik dan saling mengisi.
"Keduanya beda baju, satu baju partai nasionalis, satu baju lagi partai Islam. Jika mereka bertemu dan bisa berkoalisi, itu bisa saling mengisi," kata Ujang.