Pengamat: Golkar Tetap Inginkan Saham-saham Besar Novanto
Hal tersebut disampaikan Arie Sudjito, pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Menurutnya, memang ada perpecahan dalam Partai Golkar sendiri, sejak kasus 'papa minta saham' hingga awal-awal penyidikan kasus e-KTP. Namun, para elit Golkar tetap menginginkan Novanto.
Novanto memiliki saham-saham besar, para loyalisnya berusaha untuk mempertahankan dia di Golkar. Sementara perpecahan pada tubuh Golkar nampak dari munculnya partai baru, seperti Nasdem dan Gerindra.
Dosen sosiologi UGM itu mengatakan, perpecahan Golkar akan lebih menjadi-jadi jika tidak ada keputusan definitif untuk menggantikan Novanto. "Sementara pemilihan kepala daerah sudah di depan mata. Karena itu, Golkar menggandeng sejumlah kader di luar Golkar untuk pilkada 2018," tutur Arie kepada era.id, Senin (20/11/2017).
Menurut Arie, saat ini Golkar sedang defisit sosok pemimpin. Novanto selaku ketua umum partai memang memiliki modal yang besar, tapi lemah dari segi figur. Gejala defisit kader dari dalam partai tidak hanya terjadi di Golkar.
Hal ini merupakan gejala umum yang terjadi di semua partai. Namun, elektabilitas Golkar memburuk pasca dipimpin Aburizal Bakrie, yang berakibat munculnya partai-partai baru yang pecah dari tubuh Golkar itu sendiri.
"Ketika pilkada, yang jadi calon itu dua, mereka yang populer atau mereka yang punya uang," urainya.