RPJMD dan Pesimisme Pemberantasan Kemiskinan di Ibu Kota
Kritik itu disampaikan Yani usai membedah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DKI Jakarta. Di sana, Yani tak menemukan ada perencanaan, apalagi langkah konkret untuk meningkatkan derajat ekonomi masyarakat, termasuk lewat program OK Oce.
Menurut Yani, konsep pelatihan dan bimbingan yang ditawarkan OK Oce tidak bisa begitu saja menghapus angka kemiskinan di Jakarta. Target pembukaan 200.000 lapangan kerja yang disasar OK Oce, kata Yani, masih jauh dari jumlah total orang miskin di Jakarta.
Selain itu, target Pemprov DKI Jakarta menekan angka kemiskinan dari 3,78 persen menjadi 2,78 persen di tahun 2022 juga dianggap tak sejalan dengan semangat OK Oce.
"Angka penurunan tersebut tidak sebanding dengan semangat peningkatan kewirausahaan, yaitu OK OCE, merevitalisasi loksem (lokasi sementara) dan lokbin (lokasi binaan)," kata Yani di Gedung DPRD Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (2/4/2018).
Yani juga mempertanyakan validasi data masyarakat miskin di Jakarta. Menurut Yani, kebanyakan orang miskin di Jakarta berasal dari kaum urban yang tidak terbendung kedatangannya.
Diketahui, persentase penduduk miskin di Ibu Kota dalam tiga tahun terakhir tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, diketahui perubahan persentase penduduk miskin Jakarta dari 2015 hingga 2017 berada pada angka 3,93-3,78 persen.
Menurut data BPS per September 2017, tingkat kemiskinan warga Jakarta mencapai 3,78 persen. Artinya, ada 393.000 orang miskin di Ibu Kota. Angka itu diketahui meningkat dibanding Maret 2017 di mana angka kemiskinan ada di angka 3,77 persen atau 389.000 orang, atau lebih banyak 3.440 orang dibanding Maret.