Belajar Tatap Muka Segera Dibuka, Nadiem: Satu Generasi Learning Loss Tak Bisa Dikembalikan Lagi

ERA.id - Pemerintah menargetkan pembelajaran tatap muka kembali dibuka pada awal Juli mendatang, setelah selama satu tahun terakhir kegiatan belajar mengajar dilakukan jarak jauh secara daring.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengatakan, kebijakan tersebut untuk menghindari learning loss alias ketinggalan pelajaran yang dialami banyak siswa selama pandemi COVID-19.

"Ini adalah kebijakan yang menjawab tantangan bahwa kita tidak bisa menciptakan satu generasi yang mengalami learning loss yang tidak bisa dikembalikan lagi," ujar Nadiem dalam acara diskusi Hardiknas secara daring, Rabu (5/5/2021).

Selain masalah learning loss, Nadiem juga menyinggung problem lainnya yaitu kesehatan mental. Dia mengungkapkan, banyak siswa yang mengalami depresi hingga kekerasan.

Nadiem mengatakan, depresi yang dialami para siswa ini disebabkan karena rasa bosan, kesepian karena tidak bisa berinteraksi langsug dengan teman dan guru, hingga kondisi pembelajaran yang tidak dinamis.

"(Para siswa) mengalami depresi karena tidak ketemu dengan teman-temannya, tidak ketemu dengan gurunya, dan berbagai macam permasalaha domestik mulai dari stres yang disebabkan terlalu banyak berinteraksi di rumah, kurang keluar, kita juga mengalami berbagai macam laporan kekerasan domestik yang terjadi di rumah tangga. Ini terjadi di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia," papar Nadiem.

Selain siswa, masalah kesehatan mental juga dialami oleh para orang tua. Tanggung jawab orang tua dalam membimbing anak-anaknya belajar selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang ditambah degan kesibukan pekerjaan mengakibatkan stres.

Kemudian juga masalah keterbatasan koneksi sinyal internet dan gawai yang digunakan siswa dalam mengikuti PJJ juga menjadi pertimbangan pemerintah mengeluarkan kebijakan pembelajaran tatap muka di sekolah kembali di buka.

"Sudah jelas bahwa sudah terlalu lama saat ini proses PJJ terjadi dan kita tidak bisa menunggu lagi dan mengorbankan pembelajaran dan kesehatan mental murid-murid kita. Itu yang sudah pasti," kata Nadiem.