Tenang yang Was-was di Kota Tua Yerusalem Pasca Bentrokan di Masjid Al-Aqsa
ERA.id - Sehari setelah penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan serangan udara di Jalur Gaza, Senin, (11/5/2021), kawasan Kota Tua Yerusalem berangsur-angsur dalam suasana tenang meski masih ada perasaan was-was yang meliputi warga Yerusalem.
Warga Palestina, yang banyak di antaranya berada di dalam Al-Aqsa ketika polisi Israel menyerbu dan melemparkan granat kejut, mulai bercerita bagaimana peristiwa pada Senin malam membuat mereka terkejut.
"Polisi Israel menyerbu melalui seluruh pintu Al-Aqsa. Mungkin jumlahnya 1.000 personil, dan mereka mulai menembakkan peluru karet dan gas air mata," sebut Ibrahim, 17 tahun, yang berada di dalam masjid untuk berdoa, ketika penyerbuan terjadi pada pukul 8 pagi waktu setempat, Senin, dikutip dari Al Jazeera.
Hal ini disepakati oleh pria Palestina bernama Siraj, 24 tahun, yang organ limpanya terkena peluru karet saat insiden Senin lalu.
"Mereka menembak semua orang, entah muda atau tua," kata dia pada Al Jazeera, mengacu pada para polisi Israel.
Bulang Sabit Merah Palestina mengatakan setidaknya 520 Palestina terluka sejak peristiwa Senin, termasuk lebih dari 200 orang yang harus dirawat di rumah sakit. Lima di antara pasien tersebut dalam kondisi kritis.
Ali Abunimah, penulis dan pendiri situs Electronic Intifada, mengecam aksi Israel ke teroritori Palestina di Yerusalem. Ia menyebut Israel "membunuh rakyat Palestina" sebagai upaya "menebus rasa malu" mereka di Yerusalem.
"Yang terjadi kemarin di Yerusalem adalah Israel yang mengalami rasa malu akibat kalah oleh perlawanan rakyat Palestina, bahkan ketika perlawanan tidak didukung pemerintah manapun atau oleh Otoritas Palestina," sebut Abunimah.
Abunimah juga mengatakan bahwa rakyat Palestina akan terus menolak upaya penghapusan etnis di kawasan Sheikh Jarrah.
Seperti diketahui, berdasarkan pemaparan media, warga Palestina tengah marah akibat kemungkinan bakal digusurnya beberapa keluarga Palestina oleh para pemukim asal Israel. Mahkamah Agung Israel sebenarnya dijadwalkan menggelar sidang banding mengenai kasus penggusuran itu pada Senin waktu setempat. Namun, sidang ini ditunda karena adanya bentrokan tersebut.
PM Israel Benjamin Netanyahu membela aksi pihak aparat sebagai "upaya bertahan diri". Ia juga memuji "sikap menahan diri yang ditunjukkan polisi Israel dan aparat keamanan."