Tingkatkan Kualitas Tulisan Lewat Turnitin

Your browser doesn’t support HTML5 audio
"Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi artikel ini tanpa izin tertulis dari era.id." Syarat dan ketentuan berlaku dalam setiap artikel berseri yang diterbitkan oleh era.id.

Jakarta, era.id - Kutipan di atas dalam dunia akademik hukumnya menjadi haram bila dilakukan tanpa seizin pemilik sebelumnya. Walau sebenarnya nyontek-menyontek dalam berbagai bidang kerap terjadi. Tapi ya jangan dilakukan juga seharusnya.

Menjiplak karya tulis milik orang lain tanpa izin merupakan hal yang sangat memalukan dalam dunia akademisi. Berutung kita hidup di era digital, di mana kita bisa mendeteksi dan mencegah karya akademik dijiplak orang tanpa izin.

Yang mau era.id bahas kali ini adalah 'turnitin', perangkat lunak yang membantu para akademisi dan pelajar untuk mengecek sumber-sumber dari hasil karya tulisnya. Caranya juga simpel dan gampang banget, cukup ketik 'turnitin' di mesin pencarian Google dan akan muncul websitenya.

Kalian cukup masukan tugas kamu (soft file) ke dalam portal yang sudah disediakan. Dan biarkan algoritma 'turnitin' yang bekerja. Nah kerennya, 'turnitin' ini bisa melakukan kroscek internal terhadap tugas-tugas yang sudah pernah diunggah sebelumnya. Jadi kalau ada yang main co-pas (Copy Paste) tugas kalian, 'turnitin' bisa mendeteksinya.

(screenshot website turnitin)

Secara digital, turnitin ini akan mengecek karya tulis kalian dengan beberapa bobot penilaian; Originality Check, GradeMark digital assessment, PeerMark dan GradeBook. Kalau Originality Check akan memeriksa kecocokan karya tulis dengan teks lainnya yang sudah pernah ada. Maka GradeMark digital assessment akan memberikan penilaian secara digital dari tugas maupun karya tulis yang dikirim secara online pada portal turnitin.

Sampai di sini, kalian sudah mulai paham kan bagaimana mengecek sumber tulisan atau karya tulis dengan mudah di 'turnitin'. Tapi nyatanya budaya instan ini juga memberikan dampak negatif sebab akan melemahkan hasil kreatifitas dan menciptakan budaya tambal sulam atau co-pas.

(Ilustrasi Turnitin. Wildan/era.id)

Nah sebelum lanjut, mari kita tengok dulu Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di Perguruan Tinggi. 

"Perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai," tulis pasal 1 ayat 1 Permendiknas No 17 Tahun 2010 itu.

Kembali lagi ke turnitin, yang sejatinya ini sudah sejak tahun 2012 digunakan oleh beberapa universitas di Indonesia. Turnitin telah bekerjasama dengan Universitas Bina Nusantara, Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Padjajaran (Unpad).

Sepertinya nih, perangkat lunak 'turnitin' ini bisa jadi motor penggerak para akademisi baik itu pelajar, mahasiswa sampai dosen-dosen untuk menciptakan karya tulis yang baik. Dengan satu syarat, kita jangan terlalu terpaku dengan metode instan macam co-pas.

Tag: era mirip-mirip unj plagiat