Elite Partai yang 'Jualan' Spanduk Demi Capres-Cawapres

Jakarta, era.id - Nuansa Pilpres 2019 semakin terasa. Baliho dan spanduk beberapa elite partai politik dan tokoh mulai terpasang di banyak tempat, lengkap dengan tagline yang menjual, dan berpose dengan penampilan baru.

Pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta, Ubedillah Badrun, menilai baliho para elite partai dipasang untuk menarik perhatian masyarakat. Menurut dia, memasang baliho merupakan satu cara untuk tampil di masyarakat dan akhirnya dipertimbangkan masuk bursa calon presiden-wakil presiden.

"Masing-masing ketum partai ingin menarik simpati publik, ingin menunjukkan dia layak jadi capres atau cawapres," kata Ubedillah, kepada era.id, di Jakarta, Sabtu (14/4/2018).

Beberapa elite partai yang balihonya terpasang di banyak tempat adalah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PPP Romahurmuziy, mantan Presiden PKS Anis Matta, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Spanduk mantan Presiden PKS, Anis Matta (Diah/era.id)

Baca Juga : PDIP Pahami Aspirasi PKB soal Cawapres

Gaya dan tagline yang ditampilkan, kata Ubedillah, seringkali lebih muda dengan harapan elite parpol tersebut bisa menarik perhatian pemilih muda.

"Para ketum parpol ingin menunjukkan bahwa mereka juga bisa menyesuaikan atau mendengar aspirasi dari generasi milenial. Maka performa atau tampilan yang mereka gunakan adalah tampilan yang menyesuaikan generasi milenial," ujarnya. 

Spanduk Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara (istimewa)

Baca Juga : Calon Pemimpin Jangan Kaku Sama Milenial

Namun menurut Ubedillah, pemasangan baliho hanya akan mampu menarik perhatian warga. Untuk mengonversi menjadi dukungan, kata Ubedillah, para elite parpol harus menawarkan visi dan misi yang konkret sesuai kebutuhan masyarakat.

"Lebih kepada ide apa yang akan digagas untuk menjawab aspirasi generasi milenial, salah satunya pengangguran. Siapkan lapangan pekerjaan selain konvensional yang sudah ada. Bukan sekadar mengganti celana bahan ke celana jin atau sekadar mengganti wajah lama ke wajah baru," tuturnya.

Spanduk Gatot Nurmantyo (Iqbal/era.id)

Tag: