Riset: Varian Delta 8 Kali Lebih Berbahaya Terhadap Antibodi Bahkan Bagi yang Telah Divaksin

ERA.id - Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 100 tenaga kesehatan di tiga RS di India menunjukkan bahwa antibodi dari vaksin Covid-19 delapan kali kurang sensitif terhadap varian Covid-19 Delta, demikian dilaporkan ANTARA, Senin, (5/7/2021).

Penelitian itu, yang dinamai "Sars-Cov-2 B.1.617.2 Deltavariant Emergence and Vaccine Breakthrough: Collaborative Study", juga menemukan bahwa varian tersebut memiliki kapasitas yang jauh lebih tinggi untuk menginfeksi orang lebih banyak.

Studi kolaboratif India itu dilakukan bersama dengan ilmuwan dari Cambridge Institute of Therapeutic Immunology and Infectious Disease (CITIID).

"Varian Delta B.1.6.172 tidak hanya mendominasi infeksi dengan viral load pernapasan yang lebih tinggi dibanding infeksi non-Delta, namun, juga menghasilkan penularan yang lebih luas di antara petugas kesehatan yang telah divaksin lengkap, dibanding dengan varian Alpha (B.1.1.7) atau Kappa (B.1.6.171)," sebut penelitian tersebut.

Riset itu mengungkapkan bahwa varian Delta tidak mengenali antibodi penetral dari penyintas, dengan "efisiensi replikasi yang lebih tinggi" dibang varian Alpha.

Sebelumnya, sebuah penelitian dari Imperial College London, dirilis Kamis, (17/6/2021), menyebut varian Covid-19 Delta menyebabkan 50 persen lonjakan jumlah infeksi Corona di Inggris sejak Mei.

Lebih dari separuh populasi orang dewasa di Inggris telah menerima dosis lengkap vaksin, dan lebih dari tiga-perempat orang dewasa telah menerima sedikitnya satu dosis vaksin.

Meski varian COVID-19 Delta secara substansial mengurangi keampuhan satu dosis vaksin terhadap gejala ringan, namun dua dosis masih memberikan perlindungan kuat terhadap penyakit parah, seperti yang ditunjukkan bukti awal.

"Temuan-temuan ini menyoroti konteks aktual di mana kami mengambil keputusan sulit untuk menunda Langkah 4 peta jalan keluar dari penguncian," kata Menteri Kesehatan Matt Hancock, merujuk pada penghapusan pembatasan terakhir yang tersisa di Inggris.

"Kita semua musti menahan keberanian kita sedikit lebih lama saat peluncuran vaksin kami berlanjut," katanya.