Mungkinkah Jokowi-Prabowo Bersatu?
This browser does not support the video element.
Di sela Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama PPP yang digelar pada 13-14 April 2018, Romi, panggilan akrab Romahurmuziy, tanpa ditanya membeberkan upaya Jokowi 'mendekati' Prabowo sejak November 2017.
Baca Juga : Prabowo Langsung Tolak Tawaran Jokowi
Namun Prabowo menolak tawaran Jokowi. Adapun Partai Gerindra sudah bulat akan mengusung Prabowo sebagai capres pada Pilpres 2019.
Prabowo pun menyatakan kesiapannya menjadi capres dalam Rapat Koordinasi Nasional Partai Gerindra yang digelar di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/4).
Sementara itu, PKS makin merapat ke kubu Prabowo dan menawarkan koalisi dengan syarat, cawapres pendampingnya harus kader PKS. Tak hanya PKS, PKB pun menyatakan ada kemungkinan partainya akan merapat bersama Partai Gerindra dan PKS jika Ketua Umumnya, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), tidak dipilih jadi cawapres pasangan Jokowi.
Baca Juga : Golkar Dukung Jokowi Dua Periode
Jika PKS dan PKB bergabung bersama Partai Gerindra, kuota kursi DPR yang harus dipenuhi sebesar 27,64 persen, lebih dari cukup untuk mengusung nama Prabowo sebagai capres pada Pilpres 2019.
Di sisi lain, Partai Golkar sebagai salah satu partai yang mendukung penuh Jokowi maju sebagai presiden dua periode pun pesimistis dengan kemungkinan bersatunya Jokowi dan Prabowo pada pemilu tahun depan.
"Saya kira sangat kecil kemungkinannya. Masa sudah sejak lama berkompetisi, selesainya seperti itu," kata Ketua Dewan Pakar Golkar, Agung Laksono, di Kantor DPP Golkar, Selasa (17/4/2018).
Baca Juga : Airlangga Didorong Jadi Cawapres
Meski demikian, dia mengatakan akan mendukung penuh Jokowi siapapun pasangan cawapresnya. Hingga saat ini, tinggal PAN dan Partai Demokrat yang belum menentukan pilihan mendukung salah satu kubu.
Tetapi, segala kemungkinan masih terbuka hingga waktu pendaftaran capres dan cawapres pada Agustus 2018 nanti.