Blak-blakan Jusuf Hamka, Biaya Pengurusan Jenazah Korban Covid-19 Ternyata 'Dimainkan'
ERA.id - Pengusaha dan staf khusus Menteri Ekonomi, Jusuf Hamka, blak-blakan tentang adanya permainan harga untuk menyulitkan orang yang ingin mengurus jenazah korban covid-19.
Beberapa waktu lalu, Jusuf yang juga Pembina Yayasan Daya Besar Krematorium Cilincing, Jakarta Utara, sempat gerah dengan biaya kremasi yang berkisar puluhan juta rupiah.
Tahu informasi itu, ia akhirnya mengambil inisiatif membuka krematorium yang dikelolanya untuk mengurus kremasi jenazah COVID-19. Di sana, ia memberi harga Rp7 juta.
Kepada Deddy Corbuzier, Hamka mengaku angka tersebut sudah sangat rendah. Kalau pun ditekan, maka akan mengganggu produktivitas pengurus krematorium.
Ujungnya, kalau toh tidak mampu bayar, warga bisa memperoleh pelayanan kremasi gratis dengan syarat memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Provinsi DKI Jakarta dan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan atau membawa surat dari Kelenteng Kim Tek Ie/Vihara Dharma Bhakti di Petak Sembilan.
"Jadi kalau ga mampu, punya KTP DKI dan surat keterangan kelurahan bisa dibantu atau surat dari Kelenteng Kim Tek Ie/Vihara Dharma Bhakti di Petak Sembilan. Nanti di sana cukup membawa surat keterangan (kematian) dari dokter," kata Jusuf beberapa waktu lalu.
Untuk diketahui, fungsi krematorium secara umum adalah fasilitas bagi para keluarga duka yang hendak melaksanakan ritual pembakaran jenazah.
Selain itu, pria yang akrab disapa Babah Alun itu juga bilang, kalau bukan kremasi saja yang harganya dimainkan pengusaha nakal. Melainkan rumah duka, ambulans, guci, pelarungan alias prosesi pembuangan abu jenazah di tengah laut.
Prosesi tersebut memang dikhususkan bagi umat Kristen, Budha, Hindu. "Harga sewa ambulans 27 juta, dengan alasan, kalau nanti jenazahnya tidak dapat tempat kremasi, jenazahnya bisa seminggu di mobil itu,"
"Yang meninggal mau gak mau harus terima."
Bagaimana soal pelarungan? Kata Jusuf, hal itu melibatkan nelayan. "Nelayan cari makan sah-sah saja. Kita support mereka harus ada untung. Tetapi jangan memanfaatkan situasi ini."
"Kalau sampai teman nelayan mengambil keuntungan, bukan tidak mungkin nanti ada orang yang donasi kapal-kapal untuk dipakai pelarungan, nanti mereka tidak dapat apa-apa. Selanjutnya harga mulai turun dari Rp1,5 juta menjadi Rp1 juta."