Cerita Joseph Mercola, dari Dokter 'Banting Stir' Bikin Konten Hoaks Soal Vaksin dan COVID-19
Jika di Indonesia baru saja heboh dengan munculnya dr Lois Owien yang dianggap penyebar hoaks soal COVID-1119, di Amerika pun 'sebelas-dua belas'. Dokter Joseph Mercola dijuluki sebagai Penyebar Hoaks Virus Corona yang paling berpengaruh.
ERA.id - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut Facebook dan media sosial telah membunuh orang karena membiarkan penyebaran hoaks soal COVID-19.
Biden kemudian memberikan klarifikasi bahwa kritiknya tersebut diarahkan kepada belasan orang yang menyebarkan banyak misinformasi di platform media sosial, dan bukan Facebook secara langsung.
"Facebook tidak membunuh orang-orang. 12 orang ini memberikan misinformasi di luar sana," jelas Biden seperti dikutip dari New York Times, Selasa (20/7).
Belasan orang yang dimaksud Biden adalah sosok berpengaruh alias influencer yang menurut laporan Center for Countering Digital Hate (CCDH) sebagai pihak yang paling banyak menyebarkan misinformasi seputar vaksin dan COVID-19 di media sosial. Sosok-sosok tersebut antara lain Robert F. Kennedy Jr., Joseph Mercola, Sherri Tenpenny, Rizza Islam, dan lain-lain.
Salah satu dari 12 orang yang disebutkan adalah dr Joseph Mercola. Dokter spesialis osteopati di Florida ini mempekerjakan puluhan staf untuk membantu menerbitkan lebih dari 600 artikel soal antivaksin di media sosial.
Ketika wabah COVID-19 melanda dunia sejak tahun lalu, dr Mercola langsung 'banting stir' menjadi kreator konten. Ia membuat postingan yang mempertanyakan asal usul penyakit itu di situs mercola.com.
Pada Desember 2020, Mercola melakukan studi kasus yang meneliti pemakaian masker tidak menghentikan penyebaran virus.
Dia juga mulai mempromosikan suplemen vitamin D sebagai cara untuk menangkal virus corona. Mercola pun mendapat peringatan dari BPOM-nya Amerika, FDA, yang mengatakan Mercola telah secara menyesatkan tentang perawatan COVID-19.
Akhirnya, pada bulan Mei, dokter berusia 67 tahun itu menghapus banyak postingannya soal antivaksin untuk menghindari kasus hukum. Facebook juga baru-baru ini menghapus artikelnya.
Soal pernyataan Biden, Mercola menanggai santai. Dengan sinis ia mempertanyakan bagaimana mungkin postingan di media sosial, bisa mengalahkan kampanye vaksin bernilai miliaran dolar.
Mercola menuduh Gedung Putih melakukan upaya politik terhadapnya dan mengklaim pemerintahan Biden terlibat dalam 'penyensoran ilegal dengan berkolusi dengan perusahaan media sosial.'
"Saya adalah penulis utama publikasi peer review mengenai vitamin D dan risiko COVID-19 dan saya memiliki hak untuk memberi tahu publik dengan membagikan penelitian medis saya," katanya, kepada New York Times.
Kini beberapa platform media sosial memblokir dan menghapus potingan Mercola.
Facebook melabeli banyak posting Dr. Mercola sebagai informasi palsu, melarang iklan di halaman utamanya dan menghapus beberapa halamannya setelah melanggar kebijakannya.
Twitter telah menghapus beberapa postingan Mercola. YouTube memblokir fitur monetize dari iklan di videonya.