Kabar Efikasi Vaksin Sinovac Hanya Bertahan 6 Bulan, Menkes Budi: Tunggu Final Report
ERA.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin angkat bicara soal beredarnya kabar efikasi vaksin COVID-19 merek Sinovac yang hanya bertahan selama 6 bulan setelah penyuntikan. Dia menegaskan, masih harus menunggu laporan final uji klinis fase III yang akan keluar akhir tahun ini.
"Saya musti tegaskan di sini, efikasi vaksin atau periode tahunnya vaksin baru bisa keluar secara formal setelah selesainya final report uji klinis fase III. Diperkirakan akan keluar akhir tahun ini untuk vaksin-vaksin yang pertama kali di-launching akhir tahun lalu," kata Budi dalam konferensi pers yang disiarkan di kanal YouTube Sekretaris Presiden, Senin (2/8/2021).
Budi mengatakan, sejumlah vaksin COVID-19 yang laporan final uji klinis fase III baru keluar akhir tahun ini tidak hanya Sinovac saja, tetapi juga Pfizer dan AstraZeneca.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan, analisis tulisan mengenai efikasi vaksin COVID-19 yang banyak beredar saat ini belum resmi. Dia menegaskan, analisis resmi baru bisa diketahui setelah laporan final uji klinis fase III sudah keluar.
"Kita sampaikan bahwa semua analisia tulisan itu tidak resmi. Karena yang resmi baru bisa disimpulkan sesudah final report uji klinis fase III itu keluar," tegas Budi.
"Seingat saya yang akhir tahun keluar itu Pfizer dan AstraZeneca. Jadi Pfizer dan AstraZeneca itu baru keluar final report uji klinisnya itu di kuartal IV tahun ini," imbuhnya.
Oleh karena itu, sebelum laporan final uji klinis itu keluar, Budi meminta semua pihak tetap tenang. Dia juga mengimbau berita yang disebarkan adalah berita yang terbukti secara ilmiah sehingga tidak membingungkan publik.
"Jadi (laporan final uji klinis fase III) Sinovac baru keluar akhir tahun ini. Jadi di akhir tahun inilah kita tahu dan sesudah itu kita akan memberikan langkah-langkah penangannya seperti apa. Tapi sebelum itu, terlampau banyak spekulasi akan membingungkan rakyat," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, Antibodi COVID-19 hasil vaksin Sinovac Biotech menurun di bawah standar enam bulan sejak penyuntikan dosis kedua. Penyuntikan dosis ketiga bisa memberi efek pemacu antibodi yang kuat, sebut sebuah penelitian laboratorium.
Melansir Reuters, (27/7/2021), penelitian itu dilakukan sejumlah ilmuwan China atas sampel darah orang dewasa berusia 18-59 tahun. Hasil penelitian mereka telah dirilis pada Minggu, namun, belum ditinjau oleh sesama ilmuwan lainnya (peer-reviewed).
Analisa itu dilakukan atas sampel dari dua kelompok, masing-masing berisi 50 orang. Tim peneliti lalu membentuk kelompok ketiga, yang diberi antara suntikan dosis ketiga atau plasebo . Total seluruh partisipan di seluruh kelompok berjumlah 540 orang.
Ilmuwan belum mengerti apakah penurunan level antibodi akan mempengaruhi efektivitas vaksin terhadap COVID-19. Hingga kini ilmuwan di manapun belum mengetahui secara pasti berapa level antibodi yang perlu dibentuk suatu vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19.
Selain antibodi, komponen lain dalam sistem kekebalan tubuh manusia, yaitu sel memori T dan sel B, yang dibentuk vaksin juga memberi kontribusi proteksi, sebut ilmuwan yang terlibat dalam riset ini, melansir Reuters.
"Dalam waktu dekat dan menengah, prioritasnya adalah memastikan orang-orang untuk menyelesaikan jadwal dua vaksin CoronaVac (vaksin Sinovac)," sebut hasil riset tersebut.