Retaknya PPP-PKB Jelang Pilpres 2019

Jakarta, era.id - Jelang pelaksanaan Pilpres 2019, sudah banyak cara partai-partai memperkenalkan diri. Seperti yang dilakukan Ketua umum PPP Romahurmuziy dan Ketua umum PKB Muhaimin Iskandar. Berbagai banner maupun baliho keduanya sudah tersebar banyak sudut kota di Indonesia.

Sebut saja Muhaimin Iskandar atau akrab disapa Cak Imin, yang sudah terang-terangan menyatakan diri sebagai calon wakil presiden ideal bagi Joko Widodo. Sinyal-sinyal itu bahkan sudah didengungkan oleh Cak Imin, sejak dirinya diundang oleh Presiden Jokowi untuk bersama-sama menjajal kereta bandara dari Stasiun Sudirman Baru.

Selama di dalam kereta, Cak Imin asyik berbicang bersama Presiden Jokowi mengenai banyak hal, akan tetapi tidak satupun isu konkret yang dijabarkan kepada khalayak umum. Kedekatan kedua tokoh tersebut menyiratkan sinyal politik yang cukup kuat, terutama terkait posisi cawapres yang sangat diinginkan Cak Imin. 

Lain halnya dengan Romahurmuziy atau Romi yang memiliki cara sendiri untuk mengenalkan diri kepada masyarakat. Dia bermain 'lebih halus' dan tidak langsung to the point mengincar kursi cawapres. 

Untuk mendapatkan posisi cawapres, dia bahkan kerap terlibat dalam pembicaraan politik bersama Jokowi, pada awal Januari 2018. Saat itu, Romi diundang Jokowi untuk berdiskusi mengenai cawapres ideal bagi dirinya. Ketum PPP tersebut menyarankan agar Jokowi memilih 'kalangan hijau' alias dari basis Islam.

"Saya jujur ya. Presiden sudah menanyakan mengenai calon wakil presidennya kepada ketua umum partai. Saya memang menyampaikan masukan kepada beliau, bagi PPP Wapres itu warnanya sama dengan kita yakni hijau," kata Romi kala itu.

Baca Juga : Cak Imin Siap Debat dengan Romi PPP

Infografis PKB dan PPP (era.id)

Sama tujuan, beda gaya

Cak Imin dan Romi sejatinya menawarkan hal yang sama, yaitu basis massa dari kalangan Islam, utamanya santri. Figur keduanya dipercaya bakal memberikan 'warna' Islam untuk mengimbangi garis nasionalis yang melekat pada Jokowi dan PDIP.

Oleh karena itu, tawaran yang diberikan PKB dan PPP kepada petahana termasuk tawaran yang menarik, mengingat kondisi pemerintahan saat ini rentan dengan serangan isu SARA. PPP adalah partai Islam tertua yang masih eksis hingga saat ini, sedangkan PKB yang lahir dari rahim reformasi adalah partai yang identik dengan NU, salah satu pendirinya adalah KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Baca Juga : Cak Imin Makin Pede Cawapres

Cak Imin bersama PKB terlihat lebih saklek dibandingkan dengan Romi bersama PPP. Muhaimin menargetkan pasangan Jokowi-Muhaimin adalah pilihan mutlak untuk mendapatkan dukungan dari PKB.

Sejak naiknya sinyal politik pasca pertemuan dengan Jokowi di kereta bandara, Cak Imin bergerak cepat untuk menguatkan nilai tawarnya. Dukungan terhadap Jokowi sendiri dilakukan sepaket dengan deklarasi Jokowi-Cak Imin (JOIN).

Deklarasi tersebut dilakukan saat Cak Imin mengunjungi posko relawan JOIN di Jalan Tebet Dalam VIII, Jakarta Selatan,(10/4/2018). Elektabilitas, konsep 'Sudurisme' dan budaya santri menjadi kekuatan yang ditawarkan kepada Presiden Jokowi.

Berbagai kegiatan yang merepresentasikan muslim, kesantrian hingga milenial menghiasi kegiatan Cak Imin akhir-akhir ini. Selain itu, PKB juga menyosialisasikan tawaran Jokowi-Muhaimin kepada konstituen dan para ulama PKB yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Bagaimana dengan Romi? Jelas, Romi bersama PPP juga berusaha meningkatkan nilai tawarnya di hadapan Jokowi. Salah satu langkah penting yang dilakukan PPP untuk mendekatkan peluang Romi menjadi cawapres ialah meresmikan dukungan PPP untuk Jokowi pada pilpres 2019.

Deklarasi dukungan tersebut diberikan melalui hasil kesepakatan Musyawarah Kerja Nasional II PPP di Hotel Mercure Ancol, Jakarta,(21/7/2017). Selain itu, berbagai kegiatan politik PPP juga tidak terlepas dari penyosialisasian sosok Jokowi-Romi.

Terakhir, PPP menggelar Musyarawarah Ulama di Semarang untuk mencari cawapres Jokowi. Dukungan untuk Romi maju mendampingi Jokowi pun kian menggema dan 'disetujui' sejumlah kalangan sepuh PPP. Kegiatan tersebut disinyalir sebagai salah satu strategi PPP untuk mendekatkan Jokowi kepada para ulama PPP sekaligus dukungan penuh untuk terciptanya pasangan Jokowi-Romi. 

Tawaran 'sama', saling sindir

Cak Imin dan Romi memiliki tawaran yang sama. Mereka adalah representasi dari partai muslim, seorang santri, dan bewarna 'hijau'. Oleh karena itu masing-masing pihak diprediksi akan menampilkan manuver yang sangat masif untuk menarik perhatian Jokowi, terutama terkait poin siapa yang paling santri, siapa yang paling milenial dan siapa yang paling berkontribusi. 

Namun pada akhirnya, berbagai manuver itu membuat keharmonisan PKB dan PPP dalam koalisi pemerintah mulai merenggang. Upaya saling tuduh atau kurang berkontribusi di pemerintah membuat kesolidan kedua partai ini dipertanyakan.

Saling nyinyir pun tak terhindarkan. Wakil Sekjen PKB Jazilul Fawai menilai PPP saat ini tidak memiliki kontribusi untuk mendukung pemerintahan Jokowi. Pasalnya jelas, kala Pilpres 2014, PPP yang masih dipimpin Suryadharma Ali lebih memilih mendukung Prabowo-Hatta ketimbang Jokowi-JK. 

Masuknya PPP dinilai 'penumpang gelap' yang tidak berkontribusi secara nyata bagi kampanye maupun pemerintahan Jokowi.

Sedangkan Sekjen PPP, Arsul Sani menyarankan PKB sadar diri. Tuduhan terkait PPP tidak memberi kontribusi sangat tidak relevan, mengingat menteri dari PKB yang duduk di Kabinet Kerja tidak seorangpun yang masuk sebagai 10 menteri dengan kinerja berprestasi. 

Sedangkan kader mereka, Lukman Hakim Saifuddin yang menjabat Menteri Agama justru mendapat banyak pujian dengan berbagai tindakan dan terobosannya di kementerian tersebut.

Baca Juga: PKB-PPP Pendukung Jokowi yang Berseteru

Pilpres 2019 kelihatannya bakal sengit sekaligus seru. Di kubu sebelah, ada yang bingung karena elektabilitas figur cawapres yang ditawarkan rekan koalisinya cuma 'nol koma'. Nah di sini, bukannya saling adu program, malah saling lempar sindiran. Bagaimana kelanjutannya? Saksikan terus di era.id ya!

Tag: pilpres 2019