Mahasiswa di Pelosok Negeri Desak Percepat Reformasi
Bandung, era.id - Gerakan mahasiswa menuntut reformasi telah tersebar di seluruh pelosok negeri. Berbagai cara dilakukan untuk menciptakan kondisi ideal terkait masa depan Indonesia yang semakin hancur. Bagi Guru Besar ITB, Prof Iskandar, reformasi dapat dijalankan dengan damai tanpa pertumpahan darah dan kekerasan.
"Masyarakat Indonesia punya kemampuan belajar dan melihat pengalaman gerakan mahasiswa angkatan 66, angkatan 78, kejadian Presiden Filipina Ferdinand Marcos dengan peoples power-nya. Masyarakat belajar sehingga menjadi pandai dan tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama seperti tahun 1978," ujarnya seperti dilansir dari Harian Kompas, 1 Mei 1998.
Bagi Prof Iskandar, reformasi ideal adalah reformasi dengan menggunakan kemampuan intelektual masyarakat Indonesia. Gagasan tersebut disampaikan Iskandar saat menjadi pembicara dalam Acara Dies Natalis ITB ke-39, 30 April 1998 silam.
Sayangnya, nasihat yang diberikan sang guru besar berbanding terbalik dengan gerakan mahasiswa ITB pada saat itu. 2.000 mahasiswa ITB menerobos penjagaan ketat aparat keamanan dari pintu kampus. Ribuan mahasiswa berhasil mendorong aparat keamanan sehingga mereka bisa menggelar aksi hingga ke Jalan Juanda. Akibatnya, sejumlah mahasiswa luka-luka akibat berjibaku dengan barikade penjagaan aparat.
Selain mahasiswa ITB, mahasiswa dari kampus lain turut ikut ke jalan. Di antaranya mahasiswa IAIN Sunan Gunung Djati (SGD), STT Mandala, dan STT Tekstil. Masing-masing melakukan aksinya di kampus. Mahasiswa IAIN SGD yang berusaha unjuk rasa ke DPRD I tertahan aparat keamanan. Bentrokan pun terjadi dan puluhan mahasiswa mengalami luka-luka.
Selain itu di Jakarta, mahasiswa dari Institut Teknologi Indonesia (ITI), IAIN Syarif Hidayatulllah, Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran (PTIQ) dan Universitas Muhammadiyah (UMJ) juga bentrok dengan aparat keamanan. Puluhan mahasiswa menjadi korban luka-luka.
Lalu aksi juga berlangsung di daerah-daerah lain di Indonesia. Di Padang mahasiswa Universitas Andalas turut melakukan aksi, kemudian mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Solo, dan juga dari universitas di kota Medan. Aksi berlangsung di kampus IKIP, ITM, Unika, dan UMA Medan. Tujuan mereka adalah menuntut reformasi politik dan ekonomi.