Aksi Mahasiswa UGM Teliti Potensi Tanaman Pegagan Jadi Obat Herbal COVID-19
ERA.id - Mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) meneliti potensi senyawa golongan flavonoid dan terpenoid dari tanaman pegagan (Centella asiatica) sebagai agen penghambat SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, secara in silico.
Penelitian dilakukan mulai bulan Juli sampai Agustus oleh Anisa Diana Nastiti, Hasna Fatin Affifah, Eliza Falahatul Islami, dan Hikma Salsabila Yusuf di bawah bimbingan dosen Biologi UGM, Lisna Hidayati, S.Si., M.Biotech.
Menurut Anisa, berdasarkan penelitian sebelumnya, tanaman pegagan mengandung senyawa seperti kuersetin, rutin, luteolin, kuersetin, naringin, madekasosida, stigmasterol, asam madekasik, asam asiatik, dan asam klorogenat yang menunjukkan aktivitas antivirus .
“Kami menguji kandungan flavonoid dan terpenoid pada tanaman pegagan menggunakan metode kromatografi lapis tipis dan uji tabung. Setelah itu, kami melakukan uji in silico menggunakan metode penambatan molekuler (molecular docking),” ujar Anisa, Jumat (3/8/2021).
Ia menjelaskan, molecular docking adalah teknik pemodelan molekul yang menambatkan dua atau lebih struktur molekuler untuk mengidentifikasi interaksi antara protein (enzim) dengan molekul kecil (ligan).
Penelitian ini menggunakan protein MPro (Main Protease), PLPro (Papain like protease), dan helikase yang berperan penting dalam replikasi dan transkripsi virus SARS CoV-2. Sementara itu, ligan yang diteliti adalah sepuluh senyawa metabolit sekunder golongan terpenoid dan tiga senyawa golongan flavonoid dari tanaman pegagan.
"Senyawa yang digunakan adalah senyawa yang diprediksi memiliki bioaktivitas antivirus, antiinflamasi, dan antioksidan," ujarnya.
Ia menguraikan, metode molecular docking dapat memprediksi afinitas antara protein dan ligan, serta posisi ligan yang tepat untuk berikatan dengan situs pengikatan dari protein. Ikatan yang kuat antara protein dan ligan pada sisi aktif dapat berperan untuk menghambat aktivitas protein tersebut.
"Dari penelitian kami, ada empat senyawa dari tanaman pegagan yang menunjukkan interaksi terkuat dan afinitas terendah dengan protein Mpro, PLPro, dan helikase yaitu asam korosolik, asam madasiatik, asam terminolik, dan asam arjunolik,” imbuh Eliza.
Anisa dkk berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai potensi tanaman herbal pegagan sebagai kandidat obat alternatif COVID-19 di masa depan.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan tanaman pegagan sebagai obat terapi Covid-19 melalui metode molecular dynamic , in vitro, in vivo, dan uji klinis.
Pegagan dikenal sebagai tanaman kaya nutrisi. Tanaman ini disebut mampu melancarkan peredaran daerah, meredakan nyeri sendi, menjaga fungsi otak, dan mengatasi sulit tidur.