May Day Hitam, Kecelakaan Tragis Ayrton Senna
Jakarta, era.id - Hari ini bukan hanya diperingati sebagai May Day, tetapi juga akan selalu diingat sebagai hari paling hitam dalam sejarah balap internasional. 24 tahun lalu, salah satu pembalap terbaik yang pernah lahir di muka bumi, Ayrton Senna da Silva, tewas di sirkuit San Marino, Imola, Italia.
Mobil yang dikendarai pembalap Williams-Renault dengan kecepatan 233 km/jam menabrak dinding pembatas sirkuit San Marino, Imola, Italia. Kecelakaan yang disaksikan jutaan orang melalui televisi itu hanya berselang sehari setelah kematian pembalap Austria, Roland Ratzenberger, di sirkuit yang sama.
Ironisnya, peristiwa ini juga terjadi hanya beberapa jam setelah Senna bersama musuh bebuyutannya--Alain Prost--membahas pentingnya dibentuk kembali Asosiasi Pembalap GP untuk menjamin keselamatan para pembalap.
Setelah kecelakaan ini, organisasi induk balap F1, FIA melakukan evaluasi besar-besaran terkait keamanan mobil dan sirkuit sehingga tidak ada lagi pembalap F1 yang meninggal akibat kecelakaan di trek balap.
Ayrton Senna lahir pada 21 Maret 1960, di Sao Paulo, Brasil. Dia mengikuti balapan open-wheel pada 1981 dan memenangkan British Formula Three Championship dua tahun berikutnya.
Senna melakukan debutnya di arena F1 pada 1984 dan berhasil menjadi yang terbaik pada 1988, 1990, dan 1991 bersama McLaren.
Baca Juga : WNA Joging di Tengah Demo Buruh
Sepanjang kariernya, Senna telah mengikuti 162 balapan dan mencatatkan 41 kemenangan dan 65 pole position. Rekor kemenangan yang hanya bisa dikalahkan pembalap Prancis Alain Prost yang menang 51 kali dari 250 balapan.
Senna merupakan raja GP Monako. Enam gelarnya di sirkuit prestisius itu belum bisa disamai oleh pembalap manapun hingga sekarang. Sayang, karier Senna yang mentereng ini harus terhenti pada 1994. Saat meninggal dunia, Senna berusia 34 tahun.