20 Tahun Reformasi: Saat Malaysia Kasih Pinjaman Uang

Your browser doesn’t support HTML5 audio
Masih dalam peringatan 20 tahun reformasi. 20 tahun lalu, Indonesia mendapat bantuan dana dari Malaysia. Padahal IMF sudah dulu janji, tapi lambat dalam pengucuran dana. 3 Mei, 20 tahun silam, kami akan mencoba mengingat lagi, apa yang terjadi pada saat itu. Semuanya terangkum dalam serial panjang peringatan 20 tahun reformasi spesial dari era.id untuk kamu semua.

Jakarta, era.id - Bukan cuma situasi politik dalam negeri saja yang genting pada 20 tahun silam. Kondisi perekenomian Indonesia terus terpuruk. Pemerintah makin panik setelah paket bantuan dari IMF tidak kunjung cair.

3 Mei 1998 silam, kabar baik itu datang. Tapi bukan dari IMF. Melainkan janji PM Malaysia Mahathir Mohamad yang akan memberi dana pinjaman ke Indonesia hingga bantuan IMF datang. Tapi berapa jumlahnya, Mahathir memilih bungkam.

"Indonesia membutuhkan segera karena IMF dinilai sangat lambat menyalurkan paket bantuan keuangan sebesar 43 miliar dolar," kata Mahathir usai bertemu Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita seperti dilansir Harian Kompas (4/5/1998) silam.

Ginandjar adalah utusan khusus yang dikirim Presiden Soeharto untuk membahas persoalan ekonomi dengan Malaysia. Negeri jiran itu merasa penting membantu karena krisis ekonomi Indonesia bisa berimbas pada membanjirnya imigran RI ke Malaysia.

Dana ini akan dikembalikan begitu dana dari IMF masuk ke Indonesia. Setahun sebelumnya, Malaysia juga telah mengucurkan dana bantuan sebesar 1 miliar dolar kepada Indonesia. (Nikmati motion ciamik tentang peringatan 20 tahun reformasi)

Baca Juga Pembelaan ABRI di Tengah Tuduhan Penculikan Aktivis)

"Ini adalah dana pinjaman sementara untuk menjembatani selama menunggu bantuan keuangan dari IMF dan Indonesia akan mengembalikan pinjaman itu kepada Malaysia setelah bantuan IMF keluar," jelas Mahathir.

Pinjaman IMF bukan solusi

Bulan Desember 1997, IMF berjanji akan memberi bantuan pinjaman sebesar 10 miliar dolar dari sejumlah 40 miliar dolar. Tapi IMF terus menunda pengucuran dana bantuan dengan alasan pemerintah tidak melakukan tuntutan reformasi ekonomi yang mereka minta. Lembaga moneter dunia tersebut ingin agar Indonesia mampu mengembalikan lagi kepercayaan pasar kepada rupiah.

Negara sahabat Indonesia juga ikut-ikutan menunda pengucuran bantuannya. Penundaan tersebut ditenggarai karena mereka juga memperhatikan kebijakan penundaan IMF.

Baca: Cerita Mengerikan Pius Lustrilanang Saat Diculik

Dengan penundaan itu, tentu saja perekonomian Indonesia makin lama makin terpuruk. Padahal sebelumnya Singapura telah berjanji meminjam 5 miliar dolar dan meminta pembayaran bunga yang lebih tinggi dari pinjaman IMF. Sedangkan Brunei Darussalam menjanjikan 1 miliar dolar. Akan tetapi Brunei punya persyaratan, baru mau mencairkan bantuan jika pihak lain telah meminjamkan dananya dan habis terpakai.

Kehadiran IMF bukannya lepas dari kritik. Program IMF dianggap terlalu seragam untuk diterapkan di negara-negara yang memiliki banyak masalah. Program IMF juga ditengarai terlalu banyak mencampuri kedaulatan negara.

Di Indonesia sendiri, Presiden Soeharto mengundang pimpinan DPR, pimpinan parpol, dan Golkar untuk silaturahmi di Bina Graha. Pertemuan selama 90 menit bertajuk 'Silaturahmi dan Konsultasi Setelah Sidang Umum MPR' menghasilkan keputusan, Soeharto ingin DPR menggunakan hak inisiatifnya untuk menyelesaikan permasalahan politik ekonomi yang terjadi saat itu.

 

Tag: peringatan 20 tahun reformasi