Sensasi Wisata Malam GLOW Kebun Raya Bogor Dikritik

ERA.id - Upaya manajemen Kebun Raya Bogor untuk menyedot pengunjung dengan suguhan wisata malam menggunakan lampu hias bertajuk GLOW mendapat kecaman dari sejumlah pihak.

Kritik itu disampaikan oleh empat mantan Kepala Kebun Raya Bogor yakni Usep Soetisna (1983-1987), Suhirman (1990-1997), Dedy Darnaedi (1997-2003), serta Irawati (2003-2008).

Mereka menyampaikan kritik itu lewat sebuah surat resmi dengan judul ‘Menjaga Marwah Kebun Raya’ yang ditujukan ke Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI Hendrian.

Pihak-pihak yang mereka tuju lewat surat itu adalah Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko, Wali Kota Bogor Bima Arya, dan Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto.

“Betul, suratnya sudah saya terima juga melalui email,” kata Hendrian, Senin (27/9).

Dalam suratnya, mantan Kepala Kebun Raya Bogor itu meminta agar rencana penyuguhan atraksi GLOW ditinjau kembali karena bisa mengusik keheningan malam dan mengganggu fungsi serangga polinator dan hewan penyerbuk lainnya di Kebun Raya Bogor.

“Rencana GLOW membuat atraksi sinar lampu di waktu malam berpotensi merubah keheningan malam Kebun Raya. Nyala dan kilau lampu dikhawatirkan akan mengganggu kehidupan hewan dan serangga penyerbuk,” demikian bunyi salah satu poin dari surat tersebut.

Para mantan Kepala Kebun Raya Bogor itu mengungkapkan bahwa Kebun Raya Bogor mengusung lima tugas dan fungsi penting yaitu konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan, wisata ilmiah, dan jasa lingkungan.

Mereka menyatakan, Kebun Raya Bogor yang sudah berumur lebih dari dua abad dalam sejarah panjangnya selalu mengedepankan pendekatan ilmiah dan memperhatikan masalah konservasi dan lingkungan.

Berbagai kegiatan dan usaha yang dilakukan Kebun Raya pun disebut selalu mempertimbangkan kelima fungsi tersebut.

“Saat melakukan kegiatan usaha penggalangan dana sekalipun, Kebun Raya tidak silau pada keuntungan sesaat, dan selalu memilih green business yang sifatnya enviriomentally friendly,” ujar mereka.

Mereka juga menyampaikan Kebun Raya adalah lembaga ilmiah yang berperan menahan laju kepunahan jenis tumbuhan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2011 tentang Kebun Raya.

Berbagai usaha yang dilakukan para pemimpin Kebun Raya Bogor senantiasa memberi contoh tentang menjaga Kebun Raya sebagai kawasan hijau, tempat berbagai jenis tumbuhan langka, dan bernilai ekonomi penting.

“Koleksi Tumbuhan di Kebun Raya adalah koleksi aset bangsa yang perlu dilestarikan, diteliti dan digali potensinya untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan,” ucap mereka.

Di sisi lain, mantan Kepala Kebun Raya Bogor itu menyoroti keberadaan jalan setapak yang tersusun oleh batu kali khas Kebun Raya Bogor yang kini di banyak bagian telah dicor dengan semen.

Selain mengurangi keindahan jalan batu gico, menurut mereka hal itu juga mengurangi resapan air dan berpotensi menjadi penyebab banjir di Jakarta.

“Air yang tidak meresap, mengalir di selokan dan langsung menuju sungai, akibatnya volume sungai akan meningkat. Besar kemungkinan akan berkontribusi pada luapan sungai penyebab banjir di Jakarta,” katanya.

Mereka juga mengkritik pemindah lokasi perpusatakaan ke gedung yang jauh dari Kebun Raya Bogor. Menurutnya, hal itu sangat mungkin mengganggu kegiatan peneliti dan kunjungan mahasiswa, dan peneliti luar yang perlu akses terhadap buku-buku dan informasi penting Kebun Raya Bogor.

“Menjauhkan buku dan sumber informasi dari keseharian peneliti Kebun Raya adalah kebijakan yang tidak mendorong meningkatnya riset, sekaligus menjauhkan munculnya inovasi kreatif para peneliti,” ujarnya.

Untuk diketahui, Kebun Raya Bogor bakal menyuguhkan atraksi GLOW dalam waktu dekat. Mengutip dari akun resmi Instagram-nya, @glowkebunraya, GLOW merupakan konsep atraksi Indonesia First and Biggest Botanical Night Garden yang terdap di enam zona yang bisa didatangi oleh pengunjung, yakni Taman Pandan, Taman Meksiko, Taman Akuatik, Lorong Waktu, Taman Astrid dan Taman Ecodome.