Jokowi: Biaya Logistik Negara Tetangga Lebih Murah Dibanding Indonesia
ERA.id - Presiden Joko Widodo menyinggung soal biaya logistik di Indonesia yang masih tinggi dibanding negara-negara tetangga. Dia menyebut biaya logistik di negara lain hanya sekitar 12 persen, sedangkan di Indonesia masih mencapai 23 persen.
Hal itu disampaikan Jokowi saat meresmikan holding PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo dan Terminal Multipurpose Wae Kelambu di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT.
"Kita tahu biaya logistik negara kita dibanding negara-negara tetang kita masih jauh tertinggal kita ini. Mereka biaya logistiknya hanya 12 persen kurang lebih, kita masih 23 persen, artinya ada yang tidak efisien di negara kita," kata Jokowi dikutip dari tayangan di YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (14/10/2021).
Padahal, Jokowi menginginkan agar produk dalam negeri mampu bersaing dengan barang-barang milik negara lain. Oleh karenanya, dia berharap dengan digabungkannya empat perusahaan pelat merah ke dalam satu holding maka biaya logistik di Indonesia bisa ditekan.
Jokowi meminta holding Pelindo mencari mitra yang memiliki jaringan luas agar terhubung dengan negara-negara lain dengan baik. Dengan begitu, kata Jokowi, produk dalam negeri dapat masuk dalam rantai pasok global.
"Artinya apa, produk-produk kita, barang-barang kita bisa menjelajah ke mana-mana, masuk ke supply chain global. Golnya ke sana," tegas Jokowi.
Selain meresmikan holding PT Pelindo, Jokowi juga meresmikan Terminal Multiporpose Wae Kelambu yang dijadikan pelabuhan kontainer da terpisahan dengan pelabuhan wisata Labuan Bajo.
Jokowi berharap, Terminal Multiporpose Wae Kelambu dapat digunakan hingga 20 tahun mendatang.
"Sehingga masih memungkinkan untuk angkutan barang-barang yang ada di Provinsi NTT utamanya di Kabupaten Manggarai Barat," kata Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Direktur Utama PT Pelindo Arif Suhartono menyebut, penggabungan ini akan mendongkrak posisi pelabuhan Indonesia menjadi yang terbesar kedelapan di dunia.
Ke depannya, dia berharap Pelindo dapat terus bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah agar bisa menjalankan misi perusahaan untuk menjadi ekosistem pelabuhan terintegrasi.
"Penggabungan Pelindo membuka kesempatan perusahaan untuk go global hal ini akan meningkatkan posisi Pelindo menjadi operator peti kemas terbesar kedelapan di dunia. Dengan total peti kemas pada tahun 2019 sebesar 16,7 juta TEUs," kata Arif.