Jusuf Kalla: Mudik Indikator Kesejahteraan Daerah
This browser does not support the video element.
Ia mencontohkan, kawasan Pantura, Jawa Tengah, yang merupakan daerah termacet saat mudik karena para banyaknya perantau yang mudik. Di sana, penduduknya memilih bekerja di wilayah Jawa Barat dan Jakarta ketimbang di daerah sendiri.
Baca Juga : Menhub Imbau Mudik Jangan Pakai Motor
"Kalau di Jawa Tengah, itu pekerjanya banyak di Jakarta, Bekasi, kemudian pulang ke Jawa Tengah dan ke Jawa Barat," kata Kalla dalam acara diskusi mengenai 'Review Transportasi Jelang Mudik 2018' di Hotel Borobudur, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Selasa (8/5/3018).
Namun, itu berbeda dengan kawasan Jawa Timur. Kalla menjelaskan, arus mudik ke Jawa Timur tidak mengalami kepadatan. Itu karena perkembangan industri di sana cukup baik, sehingga para pekerja tersebar hanya di sekitar wilayah Jawa Timur.
"Mudik ini bisa menjadi indikator kita untuk melakukan pembangunan industri di daerah itu," kata Kalla.
Selain itu, Kalla menambahkan, kemacetan di masa mudik terjadi karena pola pikir dan psikologis masyarakat. Menurutnya, para pemudik memilih jalur darat dan menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor karena ingin memamerkan peningkatan status sosialnya di kampung halaman.
"Sulitnya manusia, selalu ada kebanggaan. Kalau berangkatnya cuma dengan membawa tas kecil. Kalau pulang dengan sepeda motor berarti ada peningkatan. Walapun motornya masih nyicil, belum tentu lunas cicilannya, yang penting sepeda motor," jelasnya.
Baca Juga : Cuti Bersama 7 Hari, Mudik-Liburan Lebih Leluasa
Dia menambahkan, pola seperiti ini menyulitkan Menteri Perhubungan (Menhub) dalam mengatur arus lalu lintas. Apalagi, pemerintah telah menyediakan kapal, kereta atau truk untuk mengangkut motornya secara gratis, mereka justru memilih menggunakan kendaraannya demi harga dirinya.
"Di situlah letak pemerintah untuk menyesuaikan situasi yang ada, agar masyarakat semua aman dan nyaman," kata dia.