Sering 'Bukakan Pintu' untuk BUMN, Jokowi: Saya Sering Malu

ERA.id - Presiden Joko Widodo mengaku kerap merasa malu dengan negara lain. Penyebabnya karena banyak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tak mau merespons ajakan kerja sama dengan negara lain.

Padahal Jokowi sudah membukaan pintu agar perusahaan pelat merah semakin berkembang.

Hal itu disampaikan Jokowi saat memberikan pengarahan kepada sejumlah Direktur Utama BUMN di Kabupaten Manggarai Barat pada 14 Oktober 2021 lalu.

"Saya sudah bukakan pintu, nggak ada respons apa-apa. Saya sering malu, terus terang saja. Sudah bukakan pintu, bukakan pintu, tapi nggak ada yang respons ke sana," kata Jokowi seperti dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden pada Minggu (17/10/2021).

Jokowi mengaku, dia sudah berusaha mencarikan partner untuk BUMN yang berkaitan dengan pangan. Dia bermaksud agar perusahaan pelat merah bekerja sama dengan luar negeri untuk menggarap lahan-lahan yang berada di Merauke dan Boven Digoel yang luasnya mencapai 4,2 juta hektare.

Dia menjelaskan, untuk menggarap lahan yang bisa dimanfatkan sebagai food estate memang tidak mugkin dilakukan sendiri oleh BUMN karena terbentur masalah modal dan teknologi. Karenanya, dibantu mencarikan partner.

"Kita belum memiliki kemampuan ke sana, sehingga cari partner. Banyak sebetulnya, tapi kita sendiri nggak pernah merespons sih," kata Jokowi.

Selain BUMN di bidang pangan, Jokowi mengaku juga dibuat kecewa dengan BUMN yang berkitan dengan kesehatan. Dia mengaku sudah membuka akses kerja sama dengan sejumlah negara seperti Bangladesh dan India.

Namun, perusahaan pelat merah terkait kesehatan lagi-lagi tidak responsif. Jokowi mengaku malu karena sampai berkali-kali ditanyakan kepastiannya oleh Perdana Menteri India Narendra Modi.

"BUMN yang urusannya dengan kesehatan. Bukain ke Bangladesh, bukain ke India, saya telpon sendiri Perdana Menteri Narendra Modi. Di sini nggak merespons. Sampai nanyaian dua kali ke saya," kata Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, untuk kerja sama dibidang kesehatan terlebih obat-obatan, Bangladesh dan India merupakan partner yang potensial. Namun dia tak melihat ada niat dari BUMN untuk mengembangkan diri.

"(Mereka) sudah ngirim tim ke sini, (BUMN) nggak ada tindak lanjut. Karena yang paling pas ya dari sana, murah obat-obatan generik. Ini ada apa," kata Jokowi.

"Semuanya sekarang ini harus berpartner kalau kita ingin cepat besar dan cepar berubah ke arah yang lebih baik. Semuanya harus memiliki visi global karena kita ingin BUMN betul-betul bisa menarik sebagai lokomotif yang kecil-kecil, yang menengah itu masuk ke negara-negara lain," pungkasnya.