Awas! Gelombang 3 COVID-19 RI Mengintai, Epidemiolog: Masyarakat Masih Kurang Sadar

ERA.id - Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Satria, mengungkapkan prediksi sejumlah pihak soal gelombang ketiga pandemi di Indonesia amat beralasan. Kondisi itu bisa terjadi terutama menjelang libur panjang akhir tahun.

“Memang mungkin terjadi terutama menjelang libur panjang akhir tahun di mana sangat mungkin terjadi mobilitas cukup besar walau mungkin tidak sama besarnya dengan Idulfitri,” ucap Bayu, seperti dikutip di siaran pers UGM, Rabu (20/10/2021).

Yang perlu diantisipasi, menurut dia, adalah mobilitas besar tersebut. Langkah antisipasi bisa dilakukan dengan cara memecah hari libur sehingga masyarakat tidak mengambil libur panjang.

Menurut Bayu, seiring dengan penyesuaian level PPKM, pemerintah juga perlu berupaya melakukan evaluasi langkah 3T yang sudah dan yang belum berjalan ketika terjadi gelombang kedua lalu.

"Siapkan infrastruktur dan SDM jika sewaktu-waktu terjadi peningkatan kasus seperti sebelumnya," kata Bayu.

Di sejumlah daerah, situasi pandemi menunjukkan telah terkendali, seperti di DIY yang telah turun ke level 2 PPKM.

Namun, kata Bayu, masyarakat tetap perlu waspada dan berdisiplin dalam menerapkan protokol kesehatan karena ancaman penularan virus belum benar-benar hilang.

Situasi yang relatif kondusif untuk beraktivitas di tempat umum bisa dinikmati untuk seterusnya hanya jika masyarakat menjalankan peran masing-masing dalam penanganan COVID-19.

“Masyarakat perlu diberi pemahaman dan edukasi bahwa kondisi seperti sekarang ini tanggung jawab semuanya. Kalau ingin seperti ini terus bisa keluar rumah dengan tetap pakai masker ya mau divaksinasi, disiplin pakai masker, mau diperiksa jika jadi kontak erat,” ujar Bayu.

Bayu memaparkan, kondisi pandemi di DIY pada saat ini memang terlihat jauh lebih baik jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini paling terlihat dari jumlah kasus yang dirawat di rumah sakit serta angka kematian harian.

Selain itu tidak ada lagi pemberitaan bahwa rumah sakit kekurangan tempat tidur dan pemakaman antre yang menggambarkan tingginya angka kasus dan kematian.

Meski demikian, kasus orang tanpa gejala (OTG) atau gejala ringan kemungkinan tidak sepenuhnya sesuai dengan gambaran kasus yang tercatat karena masih banyak masyarakat yang takut diperiksa terutama jika mengalami gejala ringan atau OTG.

“Saat ini kondisinya hampir sama. Sama-sama di semua kabupaten/kota masih kurang kesadaran masyarakat untuk periksa jika gejala ringan atau habis kontak dengan kasus positif. Tidak jarang masih ditemukan yang menolak di-swab saat pelacakan kontak,” imbuhnya.

Masyarakat, kata dia, wajib tetap berdisiplin menjalankan 5M dan mau divaksin. Jika masyarakat tidak patuh dengan protokol kesehatan, risikonya dapat kembali terjadi peningkatan kasus meski tidak setinggi sebelumnya.

“Jika masyarakat tidak mau mematuhi itu semua, ya menjadi risiko mereka juga kalau sampai DIY kembali naik level risikonya dan banyak yang ditutup lagi,” kata Bayu.