Ingin Digitalisasi Celengan Masjid, Ridwan Kamil: Saya Jarang Bawa Uang, di Handphone Ada...

ERA.id - Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil mendorong pengurus masjid mengaplikasikan "kencleng" (celengan kaleng berbentuk lonjong) digital agar infak dan sedekah para jamaah semakin besar.

Ridwan Kamil dalam keterangan pers yang diterima di Bandung, Senin mengatakan transformasi digital perlu untuk merespons disrupsi revolusi industri 4.0 di Indonesia. Pada era revolusi industri 4.0 ini hampir seluruh aktivitas dilakukan dengan menggunakan digital termasuk dalam bersedekah dan berdakwah.

"Dakwah agama Islam itu di mana-mana subtansinya tidak berubah dari sejak zaman Rasul. Yang membedakan caranya. Sekarang caranya sudah serba digital," ujar Ridwan Kamil dalam acara Rakerwil Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jabar di Kota Bandung, belum lama ini.

Dalam realisasinya, kata Ridwan Kamil, dakwah secara digital bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dalam hal berinfak di kotak-kotak amal yang ada di masjid.

Dengan berpindah ke digital, infak di masjid-masjid sudah bisa menggunakan handphone saja atau metode pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Caranya, jemaah masjid cukup melakukan scan ke QR Code yang tersedia di masjid tersebut.

"Karena banyak orang yang jarang bawa uang seperti saya, tapi ada uangnya di handphone, sehingga ngasihnya bisa besar. Itu jumlahnya besar sekali," kata pria yang kerap disapa Kang Emil.

Khusus untuk Kencleng Digital, Ridwan Kamil ingin agar seluruh masjid yang berada di DMI Jawa Barat seratus persen menggunakan metode tersebut. Karena, dengan adanya program ini, uang infak yang didapatkan akan jauh lebih besar.

"Ngencleng dulu manual, sekarang dengan digital bisa 5-10 kali lipat. Jadi saya titip masjid-masjid di bawah DMI Jawa Barat sudah harus seratus persen ngencleng digital QRIS," kata Ridwan Kamil.

Selain 'kencleng' digital, Ridwan Kamil juga mendorong ceramah dengan menggunakan digital. Misalnya, seorang penceramah yang menyampaikan dakwahnya untuk diunggah di platform Youtube.

"Kalau ada kiai ceramah ke seribu orang itu bagus, tapi lebih bagus lagi ceramahnya didengarkan oleh sejuta orang yang mayoritas tidak hadir, tapi lihat di youtubenya. Itulah revolusi digital di Jawa Barat," paparnya.