Aksi Bakar Diri Warga Afghanistan di Depan Kantor UNHCR Medan, Diduga Karena Depresi
ERA.id - Seorang pengungsi asal Afganistan, Ahmad Syah (22) mengalami luka bakar di sekujur tubuh dengan persentase 70 persen setelah melakukan aksi bakar diri di depan pintu masuk gedung perkantoran Forum Nine, tempat berkantornya UNHCR.
Aksi bakar diri Ahmad, dengan menyiramkan minyak ke sekujur tubuh tersebut dilakukan pada pukul 10.00 Wib, Selasa (30/11/2021).
Zuma Mohsini, perwakilan pengungsi Afganistan, menceritakan sebelum membakar diri, Ahmad Syah terlihat mondar-mandir di depan pintu masuk gedung dengan berteriak-teriak.
"Dia naik (ke area gedung), dia sudah siram minyak, kemudian dia sudah pegang dua mancis," kata Zuma.
Pengungsi lain yang mengetahui aksi Ahmad, berupaya mencegahnya dengan mendekat dan membujuk.
Namun, Ahmad tidak menghiraukan dan mengancam akan menyalakan korek yang ada di tangannya jika ada yang mendekat.
Dengan menyandang tas ransel, Ahmad terus mondar mandir sambil terus memegang dua korek di tangannya.
"Kami bukan tidak ada upaya mencegahnya, teman saya yang namanya Izatullah tadi berusaha menangkapnya, tapi gagal. Dia langsung menyalakan mancis (korek) dan api langsung menyala," ungkapnya.
Kata Zuma, api seketika sudah membumbung di atas badan Ahmad. Pengungsi lain panik dan berupaya mencari pertolongan.
Ahmad merintih kesakitan dengan berlari lari menghindari api yang kian membesar di atas kepalanya. Seketika itu seorang petugas pengamanan gedung (Satpam) membawa tabung racun api dan menyemprotkan ke tubuh korban.
"Api dipadamkan Security dengan membawa alat dari dalam (tabung racun api). Dia langsung kami bawa ke rumah sakit untuk dirawat. Kondisinya badan bagian belakangnya, depan dan lengan ini sudah parah (terbakar). Sekitar 70 persen terbakar," ungkapnya.
• Kasus Ketiga Pengungsi Afganistan Bunuh Diri di Kota Medan
Zuma mengatakan, aksi bakar diri tersebut dilakukan oleh Ahmad Syah diduga karena tekanan dan stres yang dialami oleh korban. Ahmad sudah tinggal di Indonesia selama 5 tahun dan belum mendapat kepastian kapan akan dikirim ke negara ketiga.
"Ini karena stres, depresi, hidup lama di Indonesia. Tidak ada kejelasan hidup. Beberapa kali dia minta ke IOM dan UNHCR, tapi sama sekali engga di dengar," kata Zuma.
Zuma juga mengungkapkan, aksi bunuh diri pengungsi Afganistan di Kota Medan bukan kali pertama. Sebelumnya dua kasus merenggut dua nyawa pengungsi. Dia juga menduga itu disebabkan karena tingkat stres dan depresi yang dihadapi para pengungsi.
Dua kasus sebelumnya, lanjut Zuma, terjadi pada tahun 2017 dan 2019. Dua pengungsi itu mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.
"Di tahun 2017 dan tahun 2019 di Rudenim. Mereka stres dan pakai tali bunuh diri," bebernya.
Zuma mengatakan tingkat stres dan depresi telah membawa 14 pengungsi Afganistan mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Dia mendesak peristiwa tersebut menjadi perhatian pemerintah Indonesia untuk mendesak negara ketiga dan UNHCR melalui forum PBB, guna memperhatikan nasib para pengungsi di Indonesia.
"Kami mohon pemerintah Indonesia tolong berikan kami solusi terbaik. Kami minta dari PBB untuk desak supaya kami bisa dipindahkan ke negara ketiga, agar kami hidup layak dan normal seperti orang-orang lain. Negara ketiga adalah hak kami pengungsi, tapi pihak UNHCR sampai sekarang tidak memberikan kejelasan," pungkasnya.