Momen Risma Paksa Tunarungu Bicara: Sebetulnya Tidak Mesti Bisu

ERA.id - Menteri Sosial Tri Risma Harini mengatakan Kemensos akan memperkuat tiga strategi pemenuhan hak penyandang disabilitas sebagai bagian dari peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2021.

“Keberpihakan kepada penyandang disabilitas dilakukan Kemensos dengan memperkuat tiga strategi, yakni memperkuat lingkungan yang inklusif, mengurangi ketidaksetaraan, dan menumbuhkan kepemimpinan dari penyandang disabilitas,” kata Risma dalam konferensi pers di Gedung Aneka Bhakti Kemensos, Rabu.

Dalam acara tersebut, Risma meminta penyandang disabilitas rungu untuk berani berbicara di depan orang banyak. Tindakan Risma itu mendapat kritik dari perwakilan Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin), Stefan.

"Saya mau bicara dengan ibu sebelumnya, bahwasannya anak tuli itu memang harus menggunakan alat bantu dengar, tapi tidak untuk dipaksa berbicara," kata Stefan melalui juru bicara bahasa isyarat di Kemensos, Jakarta Pusat, Rabu (1/12).

Stefan kaget ketika melihat Risma memaksa penyandang disabilitas rungu berbicara menggunakan pengeras suara. Menurutnya, penyandang disabilitas rungu bisa menggunakan bahasa isyarat yang lebih mudah dipahami dan bisa diterjemahkan oleh juru bahasa isyarat.

"Karakter anak tuli itu bermacam-macam. Jadi ada yang bicaranya tidak jelas, ada yang memang dia tuli sejak kecil dan kemampuan bahasa isyaratnya pun beragam. Jadi itu yang harus dihargai," ujarnya.

Risma pun menjelaskan alasannya meminta penyandang disabilitas untuk berbicara tanpa bahasa isyarat. "Sebetulnya, mereka tidak mesti bisu," katanya.

"Kenapa kalian ibu paksa untuk bicara? Ibu paksa memang. Supaya kita bisa memaksimalkan pemberian tuhan kepada kita, mulut, mata, telinga. Jadi, ibu tidak melarang menggunakan bahasa isyarat. Tapi kalau kamu bisa bicara maka itu lebih baik lagi," jawab Risma.

Risma pun memberi contoh Staf Khusus Prsiden Jokowi, Angkie Yudistia. Menurutnya, Angkie bisa berlatih berbicara setelah beberapa tahun.

"Saya belajar itu dari mba Angkie," ucapnya.

Di samping itu, Kemensos bersama lembaga lain dan masyarakat luas akan terus mendorong generasi muda penyandang disabilitas untuk menjadi pemimpin dalam bidang apapun.

Hal ini merupakan bentuk pengakuan bahwa penyandang disabilitas setara dengan manusia lain dan turut aktif dalam berbagai proses pengambilan keputusan.

“Oleh karena itu, peringatan HDI tahun 2021 ini bukan sekedar seremoni. Namun momentum menunjukkan karya nyata mereka, dan bagaimana kita memastikan terciptanya lingkungan yang mendukung pemenuhan hak-hak mereka,” katanya.

Peringatan HDI tahun 2021 secara internasional mengambil tema “Leadership and participation of persons with disabilities toward an inclusive, accessible and sustainable post-COVID-19 world" atau Kepemimpinan dan partisipasi penyandang disabilitas menuju tatanan dunia yang inklusif, aksesibel dan berkelanjutan pasca COVID-19”.

Di tengah pandemi, Kemensos menyelenggarakan peringatan HDl tahun 2021 dengan mematuhi protokol kesehatan yang melibatkan unsur pemerintah pusat dan daerah secara hybrid.

Selain pameran, dalam rangkaian peringatan HDl tahun 2021, digelar berbagai kegiatan yakni publikasi dan sosialiasi, webinar series, penyerahan bantuan Atensi, gebyar inklusi, penyuluhan sosial dan melukis, serta acara Puncak HDI tahun 2021 yakni pelantikan Komisioner Komisi Nasional Disabilitas (KND).