Kisah Warga yang Beranikan Diri Salat Jumat dan Memenuhi Masjid di Sekitar Gunung Semeru
ERA.id - "Allahuakbar... Allahukbar..." suara adzan tepat pukul 11.20 WIB terdengar jelas dari Balai Desa Sumberwuluh di Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jumat (10/12/2021) siang silam.
Dari kejauhan tampak beberapa warga laki-laki bersarung dan berkopyah keluar dari rumahnya. Ada yang membawa sepeda motor, ada juga yang berjalan kaki.
Tujuannya sama, yaitu ke masjid untuk menunaikan salat Jumat. Di kaki Gunung Semeru tersebut, tepatnya di Jalan Candipuro, terdapat masjid yang bangunannya berkubah besar bercat hijau. Namanya Masjid Jami' Al Amin.
Di masjid yang terletak di pinggir jalur provinsi tersebut, sama seperti biasanya, jemaahnya penuh setiap salat Jumat.
Namun bedanya, para jemaah didominasi bukan oleh warga, tapi petugas dari kepolisian, TNI, serta relawan berbagai elemen. Tetap penuh, bahkan membludak jemaahnya sampai ke halaman masjid.
Setelah azan berkumandang, bergantian jemaah duduk. Ada juga yang melaksanakan salat sunnah terlebih dahulu. Tidak lama setelah itu, khatib, Ustaz Syueb, naik ke mimbar.
Tidak lama pria asli warga Sumberwuluh tersebut berceramah. Selain mengajak bersyukur kepada Allah SWT, Ustaz Syueb juga meminta masyarakat tak berhenti berdoa agar ujian berupa bencana dapat segera berlalu.
Salat Jumat pekan ini memang sama seperti sebelumnya. Tapi ini adalah salat Jumat pertama usai terjadi peningkatan aktivitas Gunung Semeru pada Sabtu (4/12) sore.
Selain Desa Sumberwuluh, warga terdampak awan panas guguran Gunung Semeru juga berimbas ke warga Kecamatan Pronojiwo.
Ribuan warga terpaksa harus meninggalkan rumahnya untuk mengungsi. Bahkan, ratusan kepala keluarga harus kehilangan tempat tinggal karena rumahnya tertimbun abu vulkanik disertai material.
Di Kecamatan Candipuro, peristiwa itu melanda pemukiman di Kampung Renteng, di Dusun Curah Koboan, serta di Dusun Kamar Kajang.
Tak terkecuali berimbas pada kegiatan ibadah masyarakat setempat. Masjid-masjid yang saat salat wajib selalu didatangi jamaah, praktis saat ini jarang yang beribadah ke masjid.
Ini karena masjid di lingkungan tempat tinggal mereka terdampak langsung awan panas guguran dan membahayakan siapapun yang beraktivitas di kawasan tersebut.
Desa Sumberwuluh sebenarnya memiliki banyak tempat ibadah, namun berupa musala, yang tidak bisa digunakan untuk kegiatan salat Jumat.
Salat Jumat digelar di masjid yang secara luas bangunan memang lebih besar dari musala. Di sana terdapat beberapa masjid, salah satunya Masjid Jami' Al Amin, Masjid Al Falah di Dusun Kebondeli Utara, Masjid Nurul Huda di Dusun Kamar Kajang dan beberapa masjid lainnya.
Tidak khawatir
Beberapa warga mengaku tidak khawatir mengikuti jemaah salat Jumat di masjid, meski wilayahnya belum lama ini terdampak awan panas guguran Gunung Semeru.
"Tidak takut mas. Apalagi salat Jumat kan kewajiban umat Muslim," ucap salah seorang jamaah, Tain, ditemui usai salat Jumat.
Ia juga berharap agar situasi kembali normal seperti semula dan tidak diliputi rasa was-was terjadi bencana susulan.
Menurut dia, kalau siang warga tidak terlalu khawatir, tapi kalau malam warga mengungsi di tempat lebih aman. "Mohon doanya agar semua segera berlalu dan masyarakat kembali beraktivitas seperti biasa," katanya.
Hal senada disampaikan H Samsul, salah seorang tokoh masyarakat setempat. Ditemui usai salat Jumat, ia berharap doa dari seluruh warga Indonesia agar diberi kesehatan dan keselamatan.
Ia bersyukur rumahnya tidak terdampak langsung dan masih bisa digunakan sebagai tempat tinggal. "Tapi warga di dusun-dusun yang terdampak langsung itu lebih memprihatinkan. Semoga ujian ini bisa kami lewati bersama," ucapnya.
Menurut dia, hikmah utama yang bisa diambil dari ujian bencana awan panas guguran Gunung Semeru kali ini adalah memperingatkan agar masyarakat selalu mengingat dan berserah diri kepada Allah SWT.
"Ini untuk mengingatkan kita semua. Sebagai umat Islam, mari tingkatkan amal ibadah kita, mari perkuat aqidah kita dan lakukan apa yang diperintahkan Allah SWT," kata Abah Samsul, sapaannya.
Bersih-bersih masjid
Palang Merah Indonesia (PMI) mengerahkan sejumlah personelnya untuk membantu pemulihan fasilitas umum seperti tempat ibadah di wilayah setempat.
Kordinator Posko Erupsi Semeru PMI Jatim Andris Rufianto Putro menyampaikan, relawan PMI dikerahkan untuk membantu pembersihan tempat ibadah seperti masjid dari debu vulkanik yang menutupi bagian dalam dan luar tempat ibadah.
Kegiatan bersih-bersih tempat ibadah tersebut salah satunya dilakukan di Masjid Al Falah Dusun Kebondeli Utara, Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang.
Upaya proses pembersihan ini sesuai dengan arahan Ketua Umum PMI Jusuf Kalla yang juga merupakan Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Jusuf Kalla meminta masjid untuk kembali difungsikan dan dioptimalkan terutama dijadikan pengungsian untuk penyintas dan diharapkan seluruh masjid bisa digunakan warga khususnya yang beragama Islam untuk menggelar salat Jumat pertama setelah awan panas guguran Semeru.
Upaya pembersihan tersebut dilakukan dengan cara menyemprotkan air bertekanan tinggi ke seluruh sudut ruangan masjid dan bagian dinding baik yang berada di luar maupun dalam yang masih diselimuti abu vulkanik.
PMI mengerahkan dua unit kendaraan water tank yang masing masing mengangkut air 5.000 liter air, tiga unit mobil dan 20 relawan gabungan dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan wilayah lainnya.
Selain dari relawan PMI, bersih-bersih tempat ibadah juga dilakukan warga setempat secara bergotong royong.
Pantauan di beberapa dusun di Kecamatan Candipuro, tidak sedikit warganya yang secara sukarela membersihkan mushalla, terutama bagian depan dan tempat utama shalat.
Irfan, warga setempat mengaku setelah bersih-bersih rumah, kemudian bersama warga melakukan bersih-bersih di mushalla. "Meski belum bisa dipakai, tapi ini dibersihkan agar tidak terlalu tebal debunya," katanya.
Ia juga mengaku ingin melaksanakan kembali shalat wajib berjamaah di mushalla bersama warga lainnya seperti hari-hari sebelumnya.
Tapi ia mengaku akan tetap mengikuti juga apa yang dianjurkan petugas dan pemerintah desa. Kalau dirasa belum aman maka warga tidak akan memaksa beribadah di mushalla.
"Kami mohon doanya semua. Kami ingin kembali hidup tenang seperti dulu, dan tidak diliputi rasa was-was terjadi turunnya abu vulkanik susulan. Aaminn," tutur Irfan menambahkan.