Usai Penetapan UNESCO, Pemprov Jateng Bakal Bentuk Pusat Studi Gamelan

ERA.id - Badan PBB untuk keilmuan, pendidikan dan kebudayaan UNESCO, menetapkan gamelan sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb).

Hal ini disambut gembira, oleh pemerintah dan praktisi budaya Jawa.

Kabid Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng Eris Yunianto, menyebut perlu kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan gamelan. Dengan predikat ini, ia berharap dapat menyuntikkan semangat bagi para pelaku seni di Jawa Tengah.

"Kita bergerak gotong royong dengan dukungan masyarakat. Dalam konteks ini, kami sudah mencoba untuk melestarikan lewat lomba karawitan virtual, untuk para pelajar pada Oktober 2021," tuturnya, Kamis (16/12/2021).

Penetapan WBTb oleh Unesco, Eris menyebut telah melalui mekanisme panjang. Usulan ini, mulanya dimulai dari praktisi sekaligus dosen di ISI Surakarta, sekitar 2014.

Saat itu, gamelan bersaing dengan calon WBTb lain seperti lukisan Bali, tempe, kolintang dan reog Ponorogo. Setelah kompetisi itu,  Kemendikbudristek RI menobatkan gamelan, untuk diusulkan ke Unesco sebagai calon WBTb.

Hingga saat ini, ada 11 WBTb asal Indonesia yang ditetapkan oleh UNESCO. Di antaranya, Wayang, Keris, Batik, Pendidikan dan Pelatihan Batik, Angklung , Tari Saman, Noken, Tiga Genre Tari Tradisional di Bali, Seni Pembuatan Kapal Pinisi, Tradisi Pencak Silat, dan Pantun.

"Kalau usulan dari Jawa Tengah itu ada empat yang masuk di antaranya batik, wayang, keris dan gamelan. Ini sedang proses Jamu dan tempe," sebutnya.

Dosen ISI Surakarta sekaligus praktisi gamelan, Suraji, menyambut gembira penetapan WBTb oleh UNESCO. Setelah penetapan ini akan ada rencana aksi, untuk dapat membumikan dan mempopulerkan gamelan di kalangan anak muda.

Ia menyebut, gamelan bukan hanya seperangkat alat musik berupa saron, gong dan bonang, kendang, rebab dan sitar.  Di dalamnya, terdapat nilai filosofi dan historis yang panjang. Gamelan bahkan terukir pada relief Candi Borobudur.

Suraji mengatakan, penetapan gamelan sebagai WBTb oleh Unesco, tidak terbatas hanya gamelan Jawa. Namun, alat musik ini telah menyebar ke seantero negeri, mulai dari Bali, Sumatera dan Kalimantan.

"Yang ditetapkan bukan sekadar gamelan Jawa tapi Gamelan Indonesi," ucap dosen jurusan karawitan itu.

Dirinya menyebut, gamelan bukan hanya dimainkan orang Indonesia. Seperangkat alat musik itu sudah dimainkan di Australia, Jepang, hingga benua Afrika.

Bahkan, pada saat pandemi banyak mahasiswa dari Jepang yang belajar gamelan, meski lewat daring.

"Kami sudah merancang rencana aksi setelah penetapan Unesco. Di antaranya, kami akan membuat buku tentang gamelan. Selain itu, kami akan membuat Pusat Studi Gamelan dan museum di mana masyarakat bisa belajar tentang itu," imbuhnya.

Selain Pusat Studi Gamelan, pihaknya juga akan membuat semacam workshop pembuatan alat-alat gamelan. Ini karena, di masa pandemi Covid-19,  banyak perajin gamelan yang tidak lagi berproduksi.

Itu karena mahalnya bahan baku dan pemesanan yang jarang, imbas dari tidak adanya pertunjukan offline selama pandemi.

"Gamelan bukan sekadar alat musik, tetapi mencakup juga filosofi yang lebih dalam. Ada kebersamaan kegotongroyongan. Banyak sekali yang bisa diterjemahkan dalam konsep gamelan," kata Suraji.