Cocok Dikunjungi Saat Libur Natal, Inilah 7 Gereja Kuno Bersejarah di Jakarta untuk Dijadikan Wisata Religi
ERA.id - Bagi umat Kristiani di seluruh dunia, Hari Natal menjadi salah satu momen spesial untuk dirayakan. Selain menjadi ajang untuk berkumpul dengan orang terkasih, perayaan Natal adalah peringatan hari kelahiran Yesus Kristus. Memperingati hari lahir Yesus Kristus, ada sejumlah wisata yang cocok dikunjungi saat liburan Natal.
Bagi kamu yang ingin mengisi pengalaman liburan Natal, tak ada salahnya berwisata dengan mengunjungi gereja-gereja kuno bersejarah di Jakarta. Beberapa gereja ini mempunyai arsitektur bangunan megah dan indah. Dilansir dari berbagai sumber, berikut 7 gereja kuno bersejarah di Jakarta buat wisata religi.
1. Gereja Katedral
Gereja Katedral berlokasi di Jl. Katedral No.7B, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat. Gereja Katedral sangat terawat dengan baik dan memiliki bangunan yang indah. Gereja Katedral memiliki museum dengan nama Museum Katedral.
Nama resminya adalah Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga atau The Church of Our Lady of the Assumption. Museum ini dinobatkan menjadi museum terbaik di Jakarta dengan kategori cagar budaya. Gereja ini diresmikan pada 1901 dan dibangun dengan arsitektur neo-gotik dari Eropa.
2. Gereja Sion
Gereja Sion berada di Jl. Pangeran Jayakarta, Desa Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Kota Jakarta Barat. Gereja ini memberikan keindahan dan sensasi berbeda. Pesona keindahannya sangat menarik buat dikunjungi. Aristektur Gereja Sion mengingatkan kembali ke masa lampau.
Tempat ibadah untuk umat Nasrani ini sudah berusia 300 tahun dan peletakan batu pertamanya dilakukan pada 1693. Sebelum namanya menjadi Sion, gereja ini dulunya bernama Portugese Buitenkerk yang berarti Gereja Portugis di Luar. Kala itu, tempat ibadah diperuntukkan tawanan VOC berkebangsaan Portugis.
3. Gereja Immanuel
Gereja Immanuel memberikan suasana tenang dan pilar-pilar megah bergaya Eropa klasik. Gereja yang berlokasi di Medan Merdeka Timur No.10, Gambir, Jakarta Pusat ini mempunyai arsitektur indah dan berdesain megah dengan pilar-pilar besar warna putih. Saat masuk Gereja Immanuel, pengunjung dibawa kembali ke era masa lalu.
Gereja ini mulai dibangun pada 1834 dan batu pertama diletakkan pada 24 Agustus 1835. Pada zaman Belanda, Gereja Immanuel menjadi tempat ibadah bagi golongan elit, seperti para petinggi, raja hingga bangsawan. Seiring berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda, aturan itu tak lagi berlaku.
4. Gereja Santa Maria de Fatima
Bangunan Gereja Santa Maria de Fatima menyerupai klenteng, tempat ibadah bagi pemeluk agama Konghucu. Ditambah lagi, ornamen Gereja Katolik ini dihiasi warna merah, kuning, hingga emas. Gereja yang berada di kawasan Glodok, Jakarta Barat ini masih mempertahankan gaya bangunan khas Fukien atau Tiongkok Selatan.
Gereja Santa Maria Fatima menjadi satu-satunya gereja di Jakarta yang memberikan misa dengan dua bahasa, yakni Indonesia dan Mandarin. Gereja yang dibangun dengan arsitektur Tionghoa pada awal abad ke-19. Lantaran keunikannya, gereja ini dijadikan Cagar Budaya pada 1972.
5. Gereja Santa Theresia
Gereja yang terletak di Jalan Gereja Theresia Nomor 2, Menteng, Jakarta Pusat ini memiliki bangunan dengan suasana Eropa sangat kental. Gereja dengan atap tinggi dan tak mempunyai penyangga membuat Gereja menjadi sejuk. Gereja juga dihiasi dengan jendela kaca patri yang warna-warni.
Gereja bergaya Eropa ini selesai dibangun pada 1934. Berbeda dari gereja lainnya, gereja ini memiliki ciri khas, yakni memakai bahasa Inggris dalam Misanya. Sampai saat ini, Gereja Santa Theresia menjadi tempat ibadah favorit bagi umat Nasrani.
6. Gereja Pniel
Desain dari Gereja Pniel atau lebih dikenal dengan sebutan Gereja Ayam. Sebab, Gereja Pniel memiliki patung ayam yang berfungsi sebagai penunjuk arah. Gereja yang terletak di Pasar Baru, Jakarta pusat ini memiliki bangunan dengan suasana perpaduan gaya Italia dan Portugis. Gereja Pniel memperlihatkan kemegahan di tengah bangunan modern lainnya.
Gereja Pniel dibangun antara tahun 1913 dan 1915. Mulanya, Gereja Pniel diberikan nama Gereja Baru. Uniknya, terdapat sebuah Alkitab besar berbahasa Belanda dari 1855 yang diletakkan di atas mimbar gereja. Akan tetapi karena dimakan zaman, Alkitab ini sudah rapuh dan mudah sobek.
7. Gereja Tugu
Jika kamu berkunjung ke Kampung Tugu, tak lengkap rasanya jika tak mengunjungi Gereja Tugu. Greja peninggalan Portugis ini berlokasi di Kampung Tugu, Semper, Jakarta Utara. Bangunan kokoh ini memiliki desain bak Era dan memberikan kesan historis.
Keunikan dari Gereja Tugu adalah bagian atap berbentuk runcing. Hal ini didasarkan pada letak surga berada atas langit. Gereja Tugu yang didominasi warna merah ini dibangun pada 1747 dan diresmikan pada 1748. Gereja Tugu resmi jadi cagar budaya pada tahun 1970-an yang kala itu diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.