Uji Coba Metaverse Diwarnai Aksi Pelecehan Seksual, Avatar Diraba Virtual Oleh Pelaku
ERA.id - Kemunculan dunia digital Metaverse diwarnai dengan aksi pelecehan seksual yang menghebohkan dunia. Seorang wanita mengklaim telah menjadi korban pelecehan seksual usai avatarnya diraba secara virtual.
Tindakan pelecehan seksual itu terjadi di platform VR Metaverse Horizon World dari Meta, perusahaan yang sebelumnya dikenal dengan nama Facebook. Disebutkan kejadian itu terjadi pada 26 November 2021, dia pun melaporkan aksi itu ke forum Horizon Worlds di Facebook.
“Pelecehan seksual bukanlah lelucon di internet biasa, tetapi berada di VR menambah lapisan lain yang membuat acara lebih intens,” kata wanita itu, dikutip NYPost, Rabu (28/12/2021).
Wanita yang menjadi korban pelecehan itu mengungkap bukan hanya dirinya yang mengalami kejadian itu. Dia menyebut ada beberapa korban lain yang mengalami hal serupa.
Bahkan wanita itu juga menyebut tindakan pelaku mendapat dukungan dari banyak pihak yang mendukung aksi pelecehan tersebur.
“Bukan hanya saya yang diraba-raba tadi malam, tetapi ada orang lain di sana yang mendukung perilaku ini, yang membuat saya merasa terisolasi di Plaza (ruang berkumpul pusat lingkungan virtual),” ungkapnya.
Dalam pernyataannya tentang insiden tersebut, Meta menunjuk ke fitur "Safe Zone", yang memungkinkan pengguna untuk memblokir interaksi dengan pengguna lain.
Namun, perusahaan mengakui bahwa mereka perlu bekerja untuk membuat fitur tersebut agar mudah ditemukan oleh para pengguna.
“Ini adalah feedback yang bagus bagi kami, karena saya ingin membuat (fitur pemblokiran) menjadi mudah dan dapat ditemukan,” kata wakil presiden Horizon, Vivek Sharma, dikutip The Verge.
Juru bicara Meta Kristina Milian mengatakan kepada MIT Technology Review bahwa pengguna diharuskan untuk menyelesaikan pelatihan yang mencakup alat perlindungan sebelum bergabung dengan Horizon Worlds.
sementara pengingat juga diminta selama pengalaman pengguna. Namun mereka yang telah mengalami pelecehan seksual di VR di tempat lain mengatakan bahwa fitur Safe Zone Meta tidak cukup.
“Pada akhirnya, sifat ruang realitas virtual sedemikian rupa sehingga dirancang untuk mengelabui pengguna agar berpikir bahwa mereka secara fisik berada di ruang tertentu, bahwa setiap tindakan tubuh mereka terjadi dalam lingkungan 3-D,” Katherine Cross, seorang Ph.D. peneliti mahasiswa pelecehan online di University of Washington.
“Itu adalah bagian dari alasan mengapa reaksi emosional bisa lebih kuat di ruang itu, dan mengapa VR memicu sistem saraf internal dan respons psikologis yang sama,” tambahnya.